Monday, August 3, 2015

Nikah (lagi), Yuuuk!



Bismillahirrohmaanirrohiim, 
Perbincangan Poligami hampir saja bisa kita masukan ke dalam kategori "debat tebel" alias debat tiada akhir. Namun demikian ada beberapa hal yang ingin saya bagi mengenai mengapa poligami kebolehannya ada dalam Al Qur'an dan Al Hadits.# 

Poligami adalah suatu kondisi yang sudah disebutkan oleh Alloh Ta'ala dalam Al qur'an: Dalam ayat ini ada makna tersirat mengapa Alloh Ta'ala menyebutkan 2, 3, dan 4 dahulu sebelumnya. Allohu 'alam (hanya Alloh sajalah yang Maha mengetahui). Boleh jadi (bagi yang meyakini) ada pesan yang tertulis secara tegas bahwa Alloh Ta'ala Yang Maha Mengetahui bahwa psikologis laki-laki secara fitrah memiliki kecenderungan untuk menikah lebih dari 1 wanita. 

Dalam hadits yang menyebutkan bahwa, tidak akan terjadi kiamat hingga jumlah wanita ebih banyak sekian dan sekian kali daripada laki-laki. Bahkan ada  hadits menyebutkan hingga 20 kali! Dan secara statistik membuktikan bahwa jumlah kelahiran bayi wanita di seluruh dunia lebih besar daripada laki-laki. Kecuali negara para Nabi tercinta, Palestine. Dengan hal tersebut di atas kita sudah diberikan beberapa alasan mengapa Islam membolehkan poligami. 

Dalam surat An Nisaa' (4:129):"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 

Jelas sekali ketika Alloh Ta'ala berkata kepada manusia terbaik, Muhammad Sholallohu 'alaihi wa sallam bahwa adil hanyalah milik  Alloh Ta'ala. Karena adil adalah menempatkan segala sesuatu pada porsinya. Dan tiada mahluk yang mampu melakukannya. Bagaimana mungkin ada manusia yang mengetahui semua kadar kepuasan, semua kebutuhan setiap hati (istri, anak, dan keluarga)? Ini mungkin penyebab mengapa Alloh mengatakan kepada Rosul Saw, bahwa adil tidak mungkin bisa dilakukan kendatipun beliau sangat ingin. 

Jika Rosul Saw, manusia terbaik saja dikatakan Alloh Swt tidak akan mampu adil, apalagi kita? Itu bisa jadi pertanyaan. Namun mengapa Alloh Swt membolehkannya? Jawabnya, Allohu Ta'ala  'alam bish showaab. Karena hanya Dialah Tuhan yang Maha mengetahui segala yang baik bagi hambaNya. Jika Alloh dan Rosulnya membolehkan, mengapa kita begitu keras dan membenci sunnatulloh (ketentuan-ketentuan Alloh yang pasti terjadi) ini? Jawabnya mungkin karena kita manusia makhluk yang bodoh, sedikit ilmu, lagi banyak mengeluh. 

Saudara-i ku semua, kita pasti pernah melihat, mendengar seorang wanita pembenci syariat ini diberikan cobaan demi cobaan hingga akhirnya dirinya (karena taufiq dan hidayah Alloh Ta'ala) menerima dengan ikhlas semua syariat dan takdir yang dia jalani. Berapa banyak wanita yang awalnya penentang, akhirnya menjadi bagian dari syariat ini (poligami)? Entah karena alasan ekonomi, karena semua laki-laki yang dinikahinya pada akhirnya hanya memberikan neraka dalam hidupnya. Hingga akhirnya Alloh Ta'ala memberikan dia kebahagiaan dari seorang laki-laki yang sudah beristri? 

Saudariku. Pernahkah kalian mendengar jeritan wanita yang Alloh jadikan dirinya sendirian hingga seumur hidupnya? Pernahkah kalian mendengar cemburunya wanita yang melihat bahagianya orang yang berkeluarga? Adakah rasa itu pernah terlintas di pikiranmu, saudariku? Mereka juga wanita yang sama dengan dirimu. Yang butuh segalanya dari kebaikan laki-laki yang menikahinya seperti dirimu? Butuh perasaan dilindungi, disayangi, dibutuhkan, dirindukan, dikuatkan ketika sedang lemah, dan lain sebagainya. Mereka sama dengan kalian, wanita. 

Adil, bukanlah syarat. Bukan pula tujuan. Adil (bagi manusia) adalah memberikan persembahan terbaik yang dia mampu terus menerus dan selalu memperbaiki kadar (kualitas) nya. Sebagaimana Alloh Swt menginginkan hambanya untuk semakin tinggi tingkat taqwanya. Semua dengan berproses. Benar ada begitu banyak, boleh jadi mayoritas pelakunya adalah penjahat yang hanya ingin mempermainkan wanita dengan nafsunya. 

Namun demikian, janganlah engkau menafikan orang lain yang mampu melakukan syariat ini dengan baik dan terus menerus meningkatkan kualitasnya bersama dalam ketaqwaannya kepada Alloh Swt. Mayoritas bukanlah yang paling benar. Karena kebenaran sejatilah yang datang dari Alloh, Tuhan Pemilik Seluruh Alam. 

Jangan biarkan nafsu dan lemahnya ilmu kita menjadikan kedengkian abadi terhadap syariat Alloh ini. Semoga Alloh Ta'ala melindungi niat baik dan keikhlasan dari setiap ibadah kita. Aamiin yaa Robbal 'alamiin. 

Tulisan ini dibuat sebagai cerminan diri, bukan untuk menghakimin siapapun. Semoga diri yang lemah dan bodoh ini terhindar dari segala keburukan niat. Insya Alloh. Wallohu'alam bish showaab. 

Bekasi, 1 Agustus 2015. 

MasGagah

Monday, November 10, 2014

Yesus Bukan Kristen



Oleh Redaksi

Semua pengikut Yesus pasti mengakui bahwa mereka beragama Kristen. Tetapi apakah ada di antara mereka bisa memberikan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang tertulis di dalam Bibel bahwa Yesus beragama Kristen?

Akan sangat mengejutkan bahwa ternyata dalam Bibel, sama sekali tidak akan kita jumpai pengakuan Yesus bahwa dia beragama Kristen. Jika Yesus bukan beragama Kristen, lalu apa agama Yesus? Dan jika Yesus bukan beragama Kristen, mengapa orang-orang yang mengaku pengikut Yesus beragama yang bukan agama Yesus?

Banyak umat Kristiani tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Yesus bukan beragama Kristen dan yang menamakan agama itu `Kristen' bukan Yesus, tapi Barnabas dan Paulus (Saulus) di Antiokhia.

Perhatikan ayat-ayat Alkitab dibawah ini :

Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia.  Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhia lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kisah Para Rasul 11:23-26)

“Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”. Ayat di atas membuktikan bahwa yang menamakan agama itu 'Kristen' bukan Yesus. Tetapi Barnabas dan Paulus. Dan hal ini dilakukan di sebuah daerah yang bernama Antiokhia, di daerah Turki. Sedangkan Yesus tinggal di Palestina dan murid-muridnya pun di Palestina.

Seumur hidupnya Yesus tidak pernah mengajarkan bahwa risalah yang dibawanya bernama Kristen. Yesus tidak membawa agama baru. Yesus menegaskan berkali-kali bahwa dia hanya adalah seorang nabi yang meneruskan ajaran para nabi sebelumnya.

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku (Yesus) datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17)

Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu kota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18)

Bahkan lebih tegas lagi Yesus mengancam, barang siapa yang berani mengubah-ubah ayat-ayat dalam Kitab Taurat maka orang tersebut akan masuk neraka (tempat terendah di Kerajaan Sorga/akhirat)

“Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:19), (Matius 5:20)

Ajaran Yesus atau Nabi Isa a.s. sesungguhnya hanya diperuntukan bagi kaumnya sendiri, bukan untuk disebarkan keseluruh dunia. Namun Yahudi menyusupkan seorang agennya bernama Paulus—seorang Yahudi dari Tarsus—ke dalam ajaran Nabi Isa a.s. dan mengubah agama yang tadinya hanya untuk kaumnya sendiri menjadi agama yang ekspansif.


Kristen KTP
Isi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 yang mengatur tentang tata cara pendirian dan perizinan pembangunan rumah ibadah adalah untuk membangun sebuah rumah ibadah harus ada pengajuan dari 90 umat beragama bersangkutan, dan persetujuan atau izin tertulis dari sedikitnya 60 orang di lingkungan tersebut.

Masih ingat tentang AMANAT AGUNG? Bagi yang pernah mengikuti Kajian Pembentengan Aqidah (Kristologi yang diselenggarakan Irena Center secara online di internet maupun offline di majlis taklim, pasti ingat akan istilah ini. AMANAT AGUNG adalah perintah Yesus yang terakhir.

Markus 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Matius 28:19, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Dua ayat ini menjadi pedoman umat Kristen dalam melakukan misinya. Tiga poin penting dalam ayat ini adalah:
-.  Penyebaran agama Kristen keseluruh dunia.
-.  Pemurtadan, menjadikan Kristen, seluruh bangsa di dunia.
-. Melakukan pembaptisan dalam rangka pemurtadan.

Walaupun kedua ayat ini menurut keyakinan Kristen dikatakan bersumber dari 'Injil', yakni Injil yang diriwayatkan Markus dan Injil yang diriwayatkan Matius, Injil sebagaimana yang dimiliki umat Kristen bukanlah Injil yang diberikan Allah SWT kepada nabi Isa as (Yesus). Injil yang dimiliki umat Kristen ini adalah perkataan Yesus yang dicatat dan diriwayatkan oleh Markus, Matius, Lukas atau Yohanes, maka ayat-ayat Amanat Agung di atas tentunya disampaikan oleh seorang nabi, yakni Nabi Isa as atau yang mereka sebut Yesus. Apakah benar Nabi Isa as menyuruh melakukan semua itu?

Tidak. Yesus tidak pernah menyuruh demikian. Ayat-ayat Amanat Agung adalah ayat-ayat palsu yang diciptakan berikutnya oleh pihak gereja demi kepentingan mereka. Buktinya di ayat yang lain Yesus malah bersikap sebaliknya:

Matius 10:5-6, Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Matius15:24 Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Yesus justru menyatakan dengan tegas bahwa dirinya hanya diutus untuk bangsa Israel saja, bukan Eropa, Cina atau Indonesia. Bahkan Yesus melarang muridnya masuk ke kota bangsa lain di luar Israel. Dan tidak hanya dua ayat di atas aja yang menyatakan bahwa Yesus hanya untuk umat Israel, masih banyak dalam Perjanjian Baru ayat-ayat yang senada. Begitu juga dalam Alquran, surah Ali Imran ayat 49, “Sebagai Rasul kepada bani Israel...”

Jadi penyebaran agama Kristen yang dilakukan para misionaris adalah sebuah tindakan yang bertentangan dengan kitab suci mereka.

Lalu bagaimana jika ada umat Kristen yang tidak melaksanakan Amanat Agung? Bagi yang tidak melaksanakan Amanat ini, maka diibaratkan sebagai Muslim yang tidak mau shalat, maka kita sering menyebutnya dengan istilah 'Islam KTP', maka demikian juga dalam Kristen. Orang yang tidak melakukan pemurtadan, minimal seorang majikan kepada pembantunya, maka statusnya disebut sebagai 'Kristen KTP'. Wallohu’alam bish showab.

Sejarah Terompet di Tahun Baru



Oleh Redaksi

Seluruh penjuru dunia menyambut pergantian tahun. Seperti negara-negara lain di dunia, masyarakat di Indonesia pun juga demikian. Jika di beberapa negara Asia, seperti Jepang, Korea, dan China, masyarakatnya menghabiskan malam Tahun Baru dengan mengunjungi tempat ibadah untuk berdoa. Maka di Indonesia, meniup terompet sudah menjadi tradisi masyarakat saat menyambut pergantian tahun.

Sayangnya, hingga saat ini tak banyak orang yang tahu mengapa terompet dipilih untuk menyambut datangnya tanggal 1 Januari! Mereka juga tak tahu hukumnya menurut syariat Islam!

Semula, budaya meniup terompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi saat menyambut tahun baru bangsa mereka yang jatuh pada bulan ke tujuh pada sistem penanggalan mereka (bulan Tisyri). Walaupun setelah itu mereka merayakannya di bulan Januari sejak berkuasanya bangsa Romawi kuno atas mereka pada tahun 63 SM. Sejak itulah mereka mengikuti kalender Julian yang kemudian hari berubah menjadi kalender Masehi alias kalender Gregorian.

Pada malam tahun barunya, masyarakat Yahudi melakukan introspeksi diri dengan tradisi meniup shofar (serunai), sebuah alat musik sejenis terompet. Bunyi shofar mirip sekali dengan bunyi terompet kertas yang dibunyikan orang Indonesia di malam Tahun Baru.

Sebenarnya shofar (serunai) sendiri digolongkan sebagai terompet. Terompet diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum Masehi. Awalnya, alat musik jenis ini diperuntukkan untuk keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam militer terutama saat akan berperang. Kemudian terompet dijadikan sebagai alat musik pada masa pertengahan Renaisance hingga kini.

Para pembaca yang budiman, inilah sejarah terompet dan asal penggunaannya. Dia merupakan syi'ar dan simbol keagamaan mereka saat merayakan tahun baru. Selain itu, terompet juga dipakai oleh bangsa Yahudi dalam mengumpulkan manusia saat mereka ingin beribadah dalam sinagoge (tempat ibadah) mereka.

Perkara ini telah dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhu- saat beliau berkata,

“Dahulu kaum muslimin saat datang ke Madinah, mereka berkumpul seraya memperkirakan waktu sholat yang (saat itu) belum di-adzani. Di suatu hari, mereka pun berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian orang diantara mereka berkomentar, “Buat saja lonceng seperti lonceng orang-orang Nashoro”. Sebagian lagi berkata, “Bahkan buat saja terompet seperti terompet kaum Yahudi”. Umar pun berkata, “Mengapa kalian tak mengutus seseorang untuk memanggil (manusia) untuk sholat”. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Wahai Bilal, bangkitlah lalu panggillah (manusia) untuk sholat”. [HR. Al-Bukhoriy (604) dan Muslim (377)]

Al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata, “Terompet dan sangkakala sudah dikenal. Maksudnya (hadits ini), bahwa terompet itu ditiup lalu berkumpullah mereka (orang-orang Yahudi) saat mendengar suara terompet. Ini adalah syi'ar kaum Yahudi. Ia disebut juga dengan shofar (serunai)”. [Lihat Fathul Bari (2/399), cet. Dar Al-Fikr]

Syaikhul Islam Abul Abbas Al-Harroniy -rahimahullah- berkata, “Tujuan kita disini bahwa Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tatkala membenci terompet Yahudi yang tertiup dengan mulut dan lonceng Nashoro (Kristen) yang dipukul dengan tangan, maka beliau menjelaskan sebab (beliau membenci terompet) bahwa ini (terompet Yahudi) termasuk urusan agama Yahudi, dan beliau menjelaskan sebab (beliau membenci lonceng) bahwa ini (lonceng Nashoro) termasuk urusan agama Nashoro.

Karena penyebutan sifat setelah hukum menunjukkan bahwa ia adalah sebab bagi kebencian tersebut. Ini mengharuskan pelarangan dari segala perkara yang termasuk urusan agama Yahudi dan Nashoro”. Demikianlah perkaranya. Padahal terompet Yahudi, konon kabarnya ia terambil dari Musa –alaihis salam- dan bahwa di zaman beliau terompet ditiup. Adapun lonceng, maka ia perkara yang diada-adakan. Sebab mayoritas syariat kaum Nashoro telah diada-adakan oleh para pendeta dan ahli ibadah mereka.

Kebencian Rasul -Shallallahu alaihi wa sallam- terhadap terompet Yahudi dan lonceng Nashoro demi menyelisihi mereka. Ini menuntut dibencinya jenis suara ini secara mutlak pada selain sholat juga. Karena hal itu termasuk urusan agama Yahudi. Sebab orang-orang Nashoro memukul lonceng di luar waktu-waktu ibadah merek. Sungguh kebanyakan orang dari kalangan umat ini (baik raja, maupun selainnya) telah tertimpa oleh syi'ar Yahudi dan Nashoro ini”. [Lihat Al-Iqtidho'  (5/19)]

Apa yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam -rahimahullah- amatlah benar. Anda lihat di malam tahun baru, banyak diantara kaum muslimin yang jahil ikut meniup terompet. Padahal semua itu adalah syi'ar agama Yahudi yang dilarang untuk ditiru. Lantaran itu, perbuatan ini kita harus jauhi, sebab Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud (4031). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (4347)]

Terakhir, kami nasihatkan kepada kaum muslimin agar menjauhkan terompet-terompet Yahudi dari anak-anak dan rumah-rumah kita setelah kita mengetahui haramnya, membenci dan meninggalkannya. Sebab, benda itu hanyalah mengingatkan kita kepada agama dan syi'ar kekafiran mereka.

Wallohu’alam bish showab.

Ketika Kematian Menjadi Tamu Anda

Oleh Muhammad Rizki

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang yang lima lainnya. Mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim)

Sekarang renungkanlah, dimana orang-orang yang dulunya angkuh berjalan diatas bumi? Dimana orang-orang yang dulunya bergelimang dalam harta? Dimana mereka-mereka yang dulunya memegang jabatan tinggi dengan congkak mengotori tanah-tanah bumi? Dimana mereka-mereka para ulama? Dimana mereka para orang-orang shaleh? Tidak lain, mereka menuju ke satu tempat yang sama, yaitu kuburan! Dan kita akan menyusul mereka. Jadi alangkah dungunya seseorang yang lalai bersama orang-orang yang lalai akan kematian, padahal kematian selalu mengintainya! Anda tentu sudah mendengar berita-berita kematian di tempat anda masing-masing, dan tidak jarang kita mendengar seseorang yang kita lihat sehat dan segar bugar, keesokannya meninggal. Tidak jarang juga kita lihat pemuda-pemuda tangguh meninggal dengan cepat.

Jika kita tahu demikian, kenapa kita masih lalai dalam fatamorgana dunia? Kenapa kita lalai dari mengingat kematian, kenapa kita lupa kepada kematian namun kematian selalu ingat kepada kita. Jika ditanya, apakah anda sudah siap pergi dari dunia ini sekarang? Apa yang akan anda jawab? Kalau saya akan menjawab belum siap, karena saya merasa bekal saya masih sedikit, kalaupun bekal saya sudah banyak, apakah ada yang bisa menjamin bekal tersebut sudah diridhai Allah, sudah diterima Allah?

Nikkn Bisyr bin Manshur berkata kepada Atha' As Sulaimi “Wahai Atha', kenapa engkau bersedih? Beliau menjawab, “Kematian siap menjemputku, kuburan adalah rumahku. Di hari kiamat aku berdiri menghadap, di atas nereka jahannam jalanku meniti shirath, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat Rabbku kepadaku.” Kemudian ia mengambil nafas panjang dan tidak sadarkan diri.

Hasan Al Bashri berkata “Selayaknya selalu bersedih orang yang mengetahui bahwa kematian pasti menghampirinya, hari kiamat adalah hari yang ditunggu, dan berada di hadapan Allah adalah peristiwa yang pasti dia lalui di hari kiamat.”

Saya merenungi apa yang menyebabkan sebagian dari kita lalai dari mengingat kematian. Tentu penyebab utamanya adalah dunia, iya dunia. Mereka telah dibutakan dengan kemewahan dunia, keindahan isi dunia, seolah-olah mereka akan hidup selamanya. Mereka sibuk mencari harta dunia, lalu menghabiskannya bersama orang-orang lalai yang lainnya, sehingga hati mereka menjadi hati yang keras, tidak peka lagi akan berita-berita kematian. Yang ada di dalam hati mereka adalah dunia, dunia dan dunia.

Mereka juga tertipu dengan kesehatan mereka, mereka merasa sehat, dan mereka beranggapan kematian masih lama untuk menghampiri mereka, mereka mengira kematian itu hanya menjemput orang-orang yang sakit-sakitan, tapi lihatlah faktanya, berapa banyak yang hari ini sehat, kemudian mendadak nyawanya melayang. Sekarang kita dengarkan penuturan dari ulama kita Al Imam Ibnul Jauzy, beliau berkata:

Seakan-akan kamu digerogoti umurmu, diserang penyakit dan hilang segala keinginan dan harapan, apabila kehancuran telah memperlihatkan ketertarikannya.

Penglihatan menjadi kabur, dan suara berhenti. Tidak mungkin mengetahui yang telah hilang tatkala Malaikat Maut turun menjemputmu, lalu mengeluarkan ruh dan membawamu pergi.

Kamu merasakan kepedihan yang begitu hebat, sungguh mengeherankan apa yang kamu hadapi, seakan jamu dicekoki racun hitam sehingga terasa teriris-iris menjadi beberapa bagian.

Ruh telah mencapai kerongkongan, kamu tidak dapar membedakan antara yang luhur dari yang rendah, kamu tidak tahu waktu meninggal apa yang akan kamu jumpai, kita berlindung kepada Allah, kita berlindung dari keburukan.

Kemudian mereka membungkusmu dengan kain kafan dan membawamu kerumah pembusukan, karena aib buruk dan kedunguan, apabila yang dikasihi telah ditelan tanah, kamu akan hancur berkeping-keping dalam kubur.

Para kerabat meninggalkanmu dan pergi berlalu, membagi habis hartamu dan mengadakan jamuan, dan paling-paling mereka hanya bisa meneteskan air matanya rintik-rintik.

Mereka memasang kunci dan berbelanja barang-barang, mereka lupa mengenangmu hal yang dikasihi mereka sesaat setelah itu, sedang kamu tetap disana sampai terjadi kiamat, kamu tidak mendapatkan tempat berlindung dan berteduh.

Kemudian, kamu bangkit dari kuburmu sebagai gembel, yang tidak memiliki harta sepeserpun, kamu dibebani dosa yang mencengangkan, seandainya kamu melakukan kebaikan sekalipun sedikit tentu bisa dijadikan sebagai tempat bersandar dan berlindung.

Matahari  berulang kali terbenam sedang hatimu kosong, berapa kali kegelapan menurunkan tirainya sedang kamu termangu-mangu, berapa banyak kenikmatan diberikan kepadamu namun kamu ikut berperan dalam kemaksiatan, berapa lembar catatan amal dipenuhi dosa-dosamu, berapa kali temanmu yang dirampas ( mati ) mengingatkanmu namun kamu terus bermain-main.

Hai yang tenang-tenang saja berdiam di dunia, sedang pedati telah dipasang, sadarlah dari mabuk kepayangmu sebelum penyesalanmu terhadap segala kekurangan, ingatlah saat menuruni giliranmu dan terpisah dari kerabat, bangkitlah dari tidur nyenyak, dan katakanlah  “Saya bertaubat“ lekaslah raih keutamaan-keutamaan sebelum hilang kesempatan, karena kusir memacu dengan cepat, unta-unta tak kenal lelah dan kematian terus mencari.

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini.” (Qaaf: 22)

Betapa indah nasehat dari Imam kita tersebut. Maka saat ini bayangkanlah dibenak anda siksa-siksa kubur, bagaimana reaksi anda jika anda tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat di alam kubur nanti? Bagaimana sikap anda ketika tahu anda ditemani oleh seorang yang buruk rupanya, tidak menyenangkan dan menyiksa akan kehadirannya? Itulah amal buruk anda ketika di dunia. Namun semua itu belum terjadi pada anda, sebelum itu terjadi, maka ubahlah semua kebiasaan buruk kita, sadarlah dan bangkitlah dari ketepurukan. Selalu waspada, kematian akan selalu mengincar. Wallohu’alam bish showab.

Monday, December 14, 2009

Catatan MasGagah: Sukses Buah Kesabaran

Bismillahirrohmanrrohim
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته‏

Puja dan puji syukur kepada Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim atas semua kemudahan dan nikmat yang senantiasa diberikan kepada diri yang lemah dan bodoh ini. Semoga Alloh سبحانه وتعلى senantiasa menjaga diri ini dari segala kebodohan dan kelemahan dalam setiap gerak dan langkahnya. Sholawat serta sallam semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah ummah, Nabiulloh Muhammad صلىالله عليه وسلّم, beserta keluarga beliau, para shohabat dan ummatnya yang istiqomah menjalankan sunnahnya hingga akhirrul zaman. Amin yaa Allohumma amin.

Intermezzo: SUKSES
Ada yang tahu ukurannya? Saat kita ditanya orang lain apakah sudah sukses?, apa jawab kita? (hayo bareng-bareng jawabnya; BELUM).

A: Weits, masBro gimana kabar? Dah sukses nih kayaknya?
B: Wah, belom sob.
A: Nah lho, kok belum?
B: Yaaa…, rumah aja belum punya, masih ngontrak di tempat mertua, motor masih nyicil, mana bisa dibilang sukses gaji gw aja cuma 5 Koma! Maksudnya tanggal 5 dah Koma!
B: Wakakakak…, masih mending elo, gw cuma 15 juta. Maksudnya 15 juta per tahun!
A dan B: Hahahaha…

Ada yang familiar dengan percakapan di atas? Hehehe… tenang, tenang jangan tersinggung dulu. Karena saat ini saya juga sama dengan Anda…J

Untuk Sahabatku yang merasa belum SUKSES, katakan YES, SAYA SUKSES! Nah…, sekarang dah selesai kan masalahnya, sekarang Anda sudah sukses. Problem, Solve…!

Ukuran Sebuah Kesuksesan

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji
.” (QS. Luqman: 26)

Saya memiliki teman sebaya, teman sejak kecil waktu masih SD. Dengan usia yang sama ia kini sudah memiliki 2 buah rumah, 1 mobil, 2 motor yang jika di total kurang lebih 800jtan. Baru saja menghabiskan biaya untuk proses menikahnya tidak kurang dari 150jt. Di tambah lagi masi ada uang cash dalam tabungan tidak kurang dari 500juta.

Menggiurkan dan membuat kita iri bukan, saat ada salah satu sahabat kita yang di usia yang sama memiliki karir, dan materi yang berlimpah seperti sahabat saya tadi. Apalagi jika usianya lebih muda, dan jabatannya di bawah kita. Bisa-bisa susah tidur kita kalo ngebayangin dia terus…:)

Saat ini mayoritas kita menganggap bahwa kesukesan adalah lebih kaya secara materi, lebih tinggi pangkat, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya. Padahal pada kenyataannya kita semua yang terlahir di dunia ini adalah manusia yang sudah dilahirkan dalam keadaan yang sukses. Ada yang masih ingat bagaimana kita berlomba dengan para kompetitor kita lainnya saat berhasil menembus sel telur dulu, lalu jadilah kita segumpal daging, hingga terbentuk dengan sempurnanya kita sekarang. Jika Anda ingat itulah saat awal kesuksesan kita…:)

Ada yang mengatakan jika ingin kaya, maka jangan mau terus menjadi YUMANJI (You Manusia Bergaji). Karena dalam retorika siapapun juga akan sangat sulit untuk menjadi sukses (dengan ukuran materi) jika seumur hidup kita menjadi karyawan. Karena memang benar, tidak mungkin kita memiliki rumah seharga 1 Miliyar, jika mengandalkan pendapatan yang hanya 15juta per tahun. Jangankan untuk beli Rumah senyaman dan semahal itu, membayangkan saja kita belum tentu berani!

Ada sebuah pernyataan seperti ini; “Heh…, ga bosen kerja gitu-gitu mulu? Berangkat pagi, pulang malem, terus aja begitu sampe tua. Kapan bisa beli rumah, kalo kerjaan lo Cuma begitu aja!” ada yang pernah mendengar pernyataan seperti itu? Kalau ya, jawab aja So Lo Githu What!

Ada beberapa kalimat motivasi yang diucapkan yang kadang merendahkan status buruh/karyawan, padahal boleh jadi pekerjaan yang dijalani oleh kebanyakan kita adalah pekerjaan yang memuliakan kita di sisi Alloh . Lihat berapa banyak para pemimpin yang akhirnya terjerat oleh besarnya godaan untuk menjadi pejabat/pimpinan yang korup? Kita lihat berapa banyak pemimpin yang tidak amanah terhadap yang dipimpinnya? Apakah ini yang kita percayai sebagai ukuran sukses?

Jika ada sahabat kita yang memiliki kekayaan materi berlimpah, pangkat, jabatan, ketenaran apakah kita harus iri? Sementara dalam hati mereka yang terdalam, ada gejolak kecemasan, keresahan, karena kekayaan yang diperoleh ada hak orang lain yang di zholiminya. Ada suap, dan korupsi dalam jabatannya. Ada fitnah yang dia timbulkan dari ketenarannya. Dan semua itu terpaksa mereka lakukan karena tuntutan nafsu. Keinginan untuk selalu di pandang BESAR oleh banyak orang, padahal boleh jadi dia sangat kecil di sisi Alloh سبحانه وتعلى

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Rosululloh صلىالله عليه وسلّم bersabda:
Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya hati.” (HR. Muslim)

Hati itu adalah kekayaan sesungguhnya. Dari Hatilah seharusnya kita merasa KAYA. Dari Hatilah seharusnya kita merasakan DAMAI, KETENANGAN dan KEBAHAGIAAN. Sementara yang dicari oleh hawa nafsu adalah berlimpahnya harta, tingginya jabatan dan ketenaran. Sementara kebahagiaan itu hanya bisa diraih dengan melakukan perbuatan yang menentramkan Hati. Hati itu berwujud, dan setiap yang berwujud adalah materi. Namun di setiap kita memiliki ruh, yang tidak berwujud, yang memiliki pengaruh BESAR karena ia hanya dapat selalu bersinar jika kita melakukan apa yang menjadi fitroh kita, yaitu kebaikan yang hanya bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh صلىالله عليه وسلّم.

Sukses Adalah Pembelajaran
Sejak lahir kita sudah belajar, bahkan hingga tua pun nanti kita tetap belajar. Dan pelajaran terbaik bagi kita adalah selalu meilhat segala sesuatu dari sudut pandang kebaikan. Sudut pandang yang mengacu kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh صلىالله عليه وسلّم. Setidaknya selalu berprasangka baik kepada Alloh سبحانه وتعلى terhadap semua peristiwa yang kita alami.

Di setiap malam kadang kita membayangkan dan berkata, ‘kapan ya saya diberikan Alloh سبحانه وتعلى rizki yang berlimpah? Punya rumah sendiri, ga ngontrak seperti sekarang, punya mobil dan bukan motor cicilan?’ Sadarkah kita bahwa dengan kalimat seperti itu, boleh jadi kita sudah mengingkari nikmat Alloh سبحانه وتعلى saat mengatakannya. Coba Anda jawab, apa yang tidak diberikan Alloh ‘azza wa Jalla kepada Anda dan keluarga? Jika Anda merasa pemberian dari Alloh سبحانه وتعلى itu kurang, sudahkah Anda memberikan semua yang diberikan Alloh سبحانه وتعلى kepada orang lain? Jika Anda sudah memberikan semua nikmat Alloh kepada orang lain, baru Anda pantas untuk mengatakan KURANG! Astaghfirulloh al ‘adhim. Aneh kan, kita selalu merasa kurang dan kurang padahal apa yang diberikan Alloh سبحانه وتعلى kepada kita sementara sedikit sekali yang diberikan lagi kepada orang lain.

Tuh kan jadi nafsu… Hehehe…, sori sori, lanjut yuk…:)

Sahabatku yang dimuliakan Alloh. Setelah sekian banyak peristiwa yang hadir dalam hidup, adakah yang mengajarkan kita untuk lebih mengerti arti dari nilai kehidupan? Pelajaran apa yang kita ambil dari peristiwa-peristiwa itu? Apakah dengan kemewahan hidup kita menjadi lebih bahagia? Apakan dengan kekuasan dan ketenaran hidup kita lebih bermakna? Pertanyaan ini mungkin sering kita lupakan di saat-saat menjelang istirahat malam kita. Kesibukan dan rutinitas yang menyita waktu juga tenaga memaksa kita untuk lebih banyak langsung beristirahat saat sampai di rumah setelah seharian bekerja hingga sedikit sekali kita melakukan introspeksi diri dan berkeluh kesah kepada Dia yang Maha Mendengar lagi Menjawab Doa Baik HambaNya. Begitu rindunya Alloh سبحانه وتعلى kepada kita. Namun sudahkah kita membalas rindu dari-Nya?

Jika saat ini hidup terasa berat, sulit, mungkin itu tanda dari Alloh سبحانه وتعلى untuk kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Berbagilah semua beban hidup yang teramat berat ini kepada Alloh ‘azza wa Jalla yang Maha Memudahkan.

"Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus." (QS. Al-Faathihah: 5-6)

Sukses Buah Kesabaran
Ada sebuah ungkapan, bahwa Menjadi Sukses (Kaya) sama dengan Menjadi Lebih Mulia. Dan mungkin ungkapan ini benar, jika limpahan materi yang dititipkan Alloh سبحانه سبحانه وتعلىkepada kita menjadikan kita lebih dekat, lebih bertaqwa kepada-Nya. Namun jika tidak, boleh jadi sukses dalam arti Materi akan menjadi bencana bagi kita dan keluarga.

Saat ini mungkin terlihat sangat sulit bagi kita untuk memiliki semua impian yang kita cita-citakan. Namun untuk setiap manusia yang selalu berusaha dan berdoa selalu ada kebaikan yang di janjikan Alloh kepada kita. Karena nikmat Alloh bukan semata milik ummat Islam, tapi semua mahkluk-Nya. Bahkan orang syirik sekalipun!

Kita di nilai bukan hanya pada apa yang sudah kita usahakan, tapi juga selalu ada nilai kepantasan di dalamnya. Apakah usaha dan doa kita pantas untuk di wujudkan saat ini atau tidak hanya Alloh saja lah yang Maha Tahu. Yang terpenting menurut saya adalah tanamkan selalu sikap percaya, yakin dan bersabar atas semua kehendak-Nya. Salah satu alasan mengapa doa dan impian-impian kita belum diwujudkan Alloh yang Maha Mengabulkan Doa mungkin tidak siapnya diri kita untuk menerima amanah yang lebih besar dengan kualitas diri yang sekarang.

Bersabar itu indah jika kita selalu dekat dengan perintah-perintahnya, bersabar itu juga indah untuk kita yang senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Rosul-Nya. Karena bukankah setiap segala sesuatu itu ada waktunya. So, yakinlah bahwa satu saat semua doa dan impian Anda akan di ijabah oleh Alloh سبحانه وتعلى. Amin yaa Allohumma amin. Allohu’alam bish-showab.

Renungan Untuk Ku dan Sahabat
Sahabatku yang kurindukan.
Lihatlah di sekeliling kita. Adakah yang merisaukan hati?
Masihkah kita mengeluhkan wajah yang kita anggap kurang cantik, kurang tampan seperti penilaian orang lain?
Masihkah kita mengeluhkan baju, celana yang tidak sebagus teman kerja kita?
Masihkah kita mengeluhkan sepatu, dan tas yang tidak semahal dan sebagus teman kerja kita?
Keluhan yang lain? Sahabat yang paling tahu.

Sahabatku yang kurindukan.
Masih pantaskah kita mengeluh seperti sekarang padahal di luar sana ada banyak sekali saudara kita yang terlahir sebagai orang cacat wajah?
Masih pantaskah kita mengeluh sementara ada ratusan Jutaan orang yang hanya memakai baju bekas dalam kesehariannya?
Masih pantaskah kita mengeluh sementara ada Jutaan orang yang terlahir tanpa kaki?

Cobalah renungkan! Bagaimana jika manusia hidup di dunia dalam kondisi buta, maka dia tidak dapat melihat. Seluruh yang ada di hadapannya adalah sama. Tidak dapat melihat keindahan warna-warni dan tidak dapat melihat keindahan alam semesta.

Dan coba sekali lagi renungkan! Bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta, tuli, dan gila. Maka hidupnya dihabiskan di rumah sakit, menjadi beban yang lainnya. Demikianlah nikmat penglihatan, pendengaran, dan akal yang sering kita risaukan.


Maka Nikmat Robb kamu yang manakah yang akan kau dustakan lagi?” (QS. Ar-Rohmaan: 13)

Bekasi, 9 Desember 2009

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri