Thursday, February 5, 2009

Catatan Untuk Sahabat: Yang Dihadirkan, Yang Terbaik Untuk Kita


(untuk sahabatku yang jauh di sana)

Sahabat. Masih ingat bagaimana cara kita mengeluhkan sesuatu yang hadir dalam hidup? Bagaimana pintarnya kita berprasangka kurang baik terhadap apa yang terjadi pada kita, dan yang kita miliki saat ini?

Semua yang kita miliki saat ini, adalah hasil dari usaha yang kita lakukan sebelumnya. Cinta, dan kasih sayang adalah salah satunya. Mobil, rumah, suami, atau istri adalah hasil dari usaha dan doa kita yang diijinkan oleh Alloh yang Maha Memiliki.

Sebagai contoh adalah bagaimana begitu semangatnya kita mengeluhkan istri di rumah. Ataupun sebaliknya, istri yang mengeluhkan kondisi suaminya. Padahal waktu berpacaran dulu kalian terlihat begitu mesranya, begitu senangnya mengucapkan kata cinta setiap hari. Harapan untuk selalu bertemu dengannya selalu menggebu. Seakan dunia tak indah bila tidak berdua bersamanya. Lalu, mengapa sekarang tidak!

Di mana kebahagiaan yang dulu, di mana janji-janji manis yang kalian ikrarkan bersamanya? Mengapa setelah memutuskan untuk memilih dia, sahabat menjadi ragu dan tidak percaya dengan keputusan sendiri? Apa yang salah? Apakah kala itu sahabat merasa salah memilih dia untuk menjadi pandamping hidup?

Siapa yang bisa menjamin seseorang itu adalah baik untuk kita? Apakah ada parameter, atau acuan yang pasti membuat kita bahagia dalam hidup selain berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah Rosululloh? Apakah materi, fisik, dan jabatan yang kalian jadikan acuan dalam menentukan kebahagiaan?

Semua yang dihadirkan adalah buah dari usaha dan doa kita. Permohonan kita kepada yang Maha Mengabulkan Doa. Kita menginkan jodoh yang cantik, ganteng, kaya, berpendidikan tinggi, dll. Namun semua itu tidak membuat kita berbahagia. Lalu, apa yang salah?

Dengan mudahnya kita berkata, pernikahan itu yang penting adalah komunikasi, sikap saling pengertian, dan tanggungjawab. Memang betul, tapi bukanlah itu kunci sebuah kebahagiaan.

Sahabat. Setiap diri sudah ditetapkan untuk selalu cenderung kepada kebaikan, kepada Dia yang Maha Penyabar menunggu kita untuk kembali kepada-Nya. Semua yang sudah ada adalah hal terbaik yang dititipkan oleh Alloh yang Maha Memiliki kepada hamba-hamba-Nya. Bukanlah seberapa besar yang sudah kita lakukan, namun seberapa besar pengertian dan rasa syukur kita terhadap apa yang sudah diberikan. Yang sudah kita pilih.

Terlalu banyak perceraian yang terjadi karena berawal dari hal kecil. Bahkan sangat kecil menurut saya. Terlalu sering kita sebagai suami untuk mengatakan bahwa dia (istri kita) ternyata bukanlah yang terbaik untuk kita. Lalu menjadikannya alasan untuk kita menikah lagi. Alasan yang hanya berdasar pada ego dan nafsu semata. Bukanlah masalah siapa yang kita pilih untuk dinikahi, tapi bagaimana cara dan sikap kita terhadap yang sudah kita pilih. Bagaimana mungkin kita bisa membahagiakan wanita yang lain, jika terhadap dia (istri kita) sekarang kita tidak bisa membahagiakannya.

Bahagiakan yang satu, baru sahabat mempunyai hak untuk membahagiakan yang lainnya.

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.
http://www.masgagah80.blogspot.com/
YM: masgagah80

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri