Monday, December 14, 2009

Catatan MasGagah: Sukses Buah Kesabaran

Bismillahirrohmanrrohim
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته‏

Puja dan puji syukur kepada Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim atas semua kemudahan dan nikmat yang senantiasa diberikan kepada diri yang lemah dan bodoh ini. Semoga Alloh سبحانه وتعلى senantiasa menjaga diri ini dari segala kebodohan dan kelemahan dalam setiap gerak dan langkahnya. Sholawat serta sallam semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah ummah, Nabiulloh Muhammad صلىالله عليه وسلّم, beserta keluarga beliau, para shohabat dan ummatnya yang istiqomah menjalankan sunnahnya hingga akhirrul zaman. Amin yaa Allohumma amin.

Intermezzo: SUKSES
Ada yang tahu ukurannya? Saat kita ditanya orang lain apakah sudah sukses?, apa jawab kita? (hayo bareng-bareng jawabnya; BELUM).

A: Weits, masBro gimana kabar? Dah sukses nih kayaknya?
B: Wah, belom sob.
A: Nah lho, kok belum?
B: Yaaa…, rumah aja belum punya, masih ngontrak di tempat mertua, motor masih nyicil, mana bisa dibilang sukses gaji gw aja cuma 5 Koma! Maksudnya tanggal 5 dah Koma!
B: Wakakakak…, masih mending elo, gw cuma 15 juta. Maksudnya 15 juta per tahun!
A dan B: Hahahaha…

Ada yang familiar dengan percakapan di atas? Hehehe… tenang, tenang jangan tersinggung dulu. Karena saat ini saya juga sama dengan Anda…J

Untuk Sahabatku yang merasa belum SUKSES, katakan YES, SAYA SUKSES! Nah…, sekarang dah selesai kan masalahnya, sekarang Anda sudah sukses. Problem, Solve…!

Ukuran Sebuah Kesuksesan

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji
.” (QS. Luqman: 26)

Saya memiliki teman sebaya, teman sejak kecil waktu masih SD. Dengan usia yang sama ia kini sudah memiliki 2 buah rumah, 1 mobil, 2 motor yang jika di total kurang lebih 800jtan. Baru saja menghabiskan biaya untuk proses menikahnya tidak kurang dari 150jt. Di tambah lagi masi ada uang cash dalam tabungan tidak kurang dari 500juta.

Menggiurkan dan membuat kita iri bukan, saat ada salah satu sahabat kita yang di usia yang sama memiliki karir, dan materi yang berlimpah seperti sahabat saya tadi. Apalagi jika usianya lebih muda, dan jabatannya di bawah kita. Bisa-bisa susah tidur kita kalo ngebayangin dia terus…:)

Saat ini mayoritas kita menganggap bahwa kesukesan adalah lebih kaya secara materi, lebih tinggi pangkat, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya. Padahal pada kenyataannya kita semua yang terlahir di dunia ini adalah manusia yang sudah dilahirkan dalam keadaan yang sukses. Ada yang masih ingat bagaimana kita berlomba dengan para kompetitor kita lainnya saat berhasil menembus sel telur dulu, lalu jadilah kita segumpal daging, hingga terbentuk dengan sempurnanya kita sekarang. Jika Anda ingat itulah saat awal kesuksesan kita…:)

Ada yang mengatakan jika ingin kaya, maka jangan mau terus menjadi YUMANJI (You Manusia Bergaji). Karena dalam retorika siapapun juga akan sangat sulit untuk menjadi sukses (dengan ukuran materi) jika seumur hidup kita menjadi karyawan. Karena memang benar, tidak mungkin kita memiliki rumah seharga 1 Miliyar, jika mengandalkan pendapatan yang hanya 15juta per tahun. Jangankan untuk beli Rumah senyaman dan semahal itu, membayangkan saja kita belum tentu berani!

Ada sebuah pernyataan seperti ini; “Heh…, ga bosen kerja gitu-gitu mulu? Berangkat pagi, pulang malem, terus aja begitu sampe tua. Kapan bisa beli rumah, kalo kerjaan lo Cuma begitu aja!” ada yang pernah mendengar pernyataan seperti itu? Kalau ya, jawab aja So Lo Githu What!

Ada beberapa kalimat motivasi yang diucapkan yang kadang merendahkan status buruh/karyawan, padahal boleh jadi pekerjaan yang dijalani oleh kebanyakan kita adalah pekerjaan yang memuliakan kita di sisi Alloh . Lihat berapa banyak para pemimpin yang akhirnya terjerat oleh besarnya godaan untuk menjadi pejabat/pimpinan yang korup? Kita lihat berapa banyak pemimpin yang tidak amanah terhadap yang dipimpinnya? Apakah ini yang kita percayai sebagai ukuran sukses?

Jika ada sahabat kita yang memiliki kekayaan materi berlimpah, pangkat, jabatan, ketenaran apakah kita harus iri? Sementara dalam hati mereka yang terdalam, ada gejolak kecemasan, keresahan, karena kekayaan yang diperoleh ada hak orang lain yang di zholiminya. Ada suap, dan korupsi dalam jabatannya. Ada fitnah yang dia timbulkan dari ketenarannya. Dan semua itu terpaksa mereka lakukan karena tuntutan nafsu. Keinginan untuk selalu di pandang BESAR oleh banyak orang, padahal boleh jadi dia sangat kecil di sisi Alloh سبحانه وتعلى

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Rosululloh صلىالله عليه وسلّم bersabda:
Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya hati.” (HR. Muslim)

Hati itu adalah kekayaan sesungguhnya. Dari Hatilah seharusnya kita merasa KAYA. Dari Hatilah seharusnya kita merasakan DAMAI, KETENANGAN dan KEBAHAGIAAN. Sementara yang dicari oleh hawa nafsu adalah berlimpahnya harta, tingginya jabatan dan ketenaran. Sementara kebahagiaan itu hanya bisa diraih dengan melakukan perbuatan yang menentramkan Hati. Hati itu berwujud, dan setiap yang berwujud adalah materi. Namun di setiap kita memiliki ruh, yang tidak berwujud, yang memiliki pengaruh BESAR karena ia hanya dapat selalu bersinar jika kita melakukan apa yang menjadi fitroh kita, yaitu kebaikan yang hanya bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh صلىالله عليه وسلّم.

Sukses Adalah Pembelajaran
Sejak lahir kita sudah belajar, bahkan hingga tua pun nanti kita tetap belajar. Dan pelajaran terbaik bagi kita adalah selalu meilhat segala sesuatu dari sudut pandang kebaikan. Sudut pandang yang mengacu kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh صلىالله عليه وسلّم. Setidaknya selalu berprasangka baik kepada Alloh سبحانه وتعلى terhadap semua peristiwa yang kita alami.

Di setiap malam kadang kita membayangkan dan berkata, ‘kapan ya saya diberikan Alloh سبحانه وتعلى rizki yang berlimpah? Punya rumah sendiri, ga ngontrak seperti sekarang, punya mobil dan bukan motor cicilan?’ Sadarkah kita bahwa dengan kalimat seperti itu, boleh jadi kita sudah mengingkari nikmat Alloh سبحانه وتعلى saat mengatakannya. Coba Anda jawab, apa yang tidak diberikan Alloh ‘azza wa Jalla kepada Anda dan keluarga? Jika Anda merasa pemberian dari Alloh سبحانه وتعلى itu kurang, sudahkah Anda memberikan semua yang diberikan Alloh سبحانه وتعلى kepada orang lain? Jika Anda sudah memberikan semua nikmat Alloh kepada orang lain, baru Anda pantas untuk mengatakan KURANG! Astaghfirulloh al ‘adhim. Aneh kan, kita selalu merasa kurang dan kurang padahal apa yang diberikan Alloh سبحانه وتعلى kepada kita sementara sedikit sekali yang diberikan lagi kepada orang lain.

Tuh kan jadi nafsu… Hehehe…, sori sori, lanjut yuk…:)

Sahabatku yang dimuliakan Alloh. Setelah sekian banyak peristiwa yang hadir dalam hidup, adakah yang mengajarkan kita untuk lebih mengerti arti dari nilai kehidupan? Pelajaran apa yang kita ambil dari peristiwa-peristiwa itu? Apakah dengan kemewahan hidup kita menjadi lebih bahagia? Apakan dengan kekuasan dan ketenaran hidup kita lebih bermakna? Pertanyaan ini mungkin sering kita lupakan di saat-saat menjelang istirahat malam kita. Kesibukan dan rutinitas yang menyita waktu juga tenaga memaksa kita untuk lebih banyak langsung beristirahat saat sampai di rumah setelah seharian bekerja hingga sedikit sekali kita melakukan introspeksi diri dan berkeluh kesah kepada Dia yang Maha Mendengar lagi Menjawab Doa Baik HambaNya. Begitu rindunya Alloh سبحانه وتعلى kepada kita. Namun sudahkah kita membalas rindu dari-Nya?

Jika saat ini hidup terasa berat, sulit, mungkin itu tanda dari Alloh سبحانه وتعلى untuk kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Berbagilah semua beban hidup yang teramat berat ini kepada Alloh ‘azza wa Jalla yang Maha Memudahkan.

"Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus." (QS. Al-Faathihah: 5-6)

Sukses Buah Kesabaran
Ada sebuah ungkapan, bahwa Menjadi Sukses (Kaya) sama dengan Menjadi Lebih Mulia. Dan mungkin ungkapan ini benar, jika limpahan materi yang dititipkan Alloh سبحانه سبحانه وتعلىkepada kita menjadikan kita lebih dekat, lebih bertaqwa kepada-Nya. Namun jika tidak, boleh jadi sukses dalam arti Materi akan menjadi bencana bagi kita dan keluarga.

Saat ini mungkin terlihat sangat sulit bagi kita untuk memiliki semua impian yang kita cita-citakan. Namun untuk setiap manusia yang selalu berusaha dan berdoa selalu ada kebaikan yang di janjikan Alloh kepada kita. Karena nikmat Alloh bukan semata milik ummat Islam, tapi semua mahkluk-Nya. Bahkan orang syirik sekalipun!

Kita di nilai bukan hanya pada apa yang sudah kita usahakan, tapi juga selalu ada nilai kepantasan di dalamnya. Apakah usaha dan doa kita pantas untuk di wujudkan saat ini atau tidak hanya Alloh saja lah yang Maha Tahu. Yang terpenting menurut saya adalah tanamkan selalu sikap percaya, yakin dan bersabar atas semua kehendak-Nya. Salah satu alasan mengapa doa dan impian-impian kita belum diwujudkan Alloh yang Maha Mengabulkan Doa mungkin tidak siapnya diri kita untuk menerima amanah yang lebih besar dengan kualitas diri yang sekarang.

Bersabar itu indah jika kita selalu dekat dengan perintah-perintahnya, bersabar itu juga indah untuk kita yang senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Rosul-Nya. Karena bukankah setiap segala sesuatu itu ada waktunya. So, yakinlah bahwa satu saat semua doa dan impian Anda akan di ijabah oleh Alloh سبحانه وتعلى. Amin yaa Allohumma amin. Allohu’alam bish-showab.

Renungan Untuk Ku dan Sahabat
Sahabatku yang kurindukan.
Lihatlah di sekeliling kita. Adakah yang merisaukan hati?
Masihkah kita mengeluhkan wajah yang kita anggap kurang cantik, kurang tampan seperti penilaian orang lain?
Masihkah kita mengeluhkan baju, celana yang tidak sebagus teman kerja kita?
Masihkah kita mengeluhkan sepatu, dan tas yang tidak semahal dan sebagus teman kerja kita?
Keluhan yang lain? Sahabat yang paling tahu.

Sahabatku yang kurindukan.
Masih pantaskah kita mengeluh seperti sekarang padahal di luar sana ada banyak sekali saudara kita yang terlahir sebagai orang cacat wajah?
Masih pantaskah kita mengeluh sementara ada ratusan Jutaan orang yang hanya memakai baju bekas dalam kesehariannya?
Masih pantaskah kita mengeluh sementara ada Jutaan orang yang terlahir tanpa kaki?

Cobalah renungkan! Bagaimana jika manusia hidup di dunia dalam kondisi buta, maka dia tidak dapat melihat. Seluruh yang ada di hadapannya adalah sama. Tidak dapat melihat keindahan warna-warni dan tidak dapat melihat keindahan alam semesta.

Dan coba sekali lagi renungkan! Bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta, tuli, dan gila. Maka hidupnya dihabiskan di rumah sakit, menjadi beban yang lainnya. Demikianlah nikmat penglihatan, pendengaran, dan akal yang sering kita risaukan.


Maka Nikmat Robb kamu yang manakah yang akan kau dustakan lagi?” (QS. Ar-Rohmaan: 13)

Bekasi, 9 Desember 2009

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Catatan MasGagah: Nikah Yuuuk...! -bagian 2-

Bismillahirrohmaanirrohiim,
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته‏

Puja dan puji syukur kepada Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim atas semua kemudahan dan nikmat yang senantiasa diberikan kepada diri yang lemah dan bodoh ini. Semoga Alloh سبحانه وتعلى senantiasa menjaga diri ini dari segala kebodohan dan kelemahan dalam setiap gerak dan langkahnya. Sholawat serta sallam semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah ummah, Nabiulloh Muhammad صلىالله عليه وسلّم, beserta keluarga beliau, para shohabat dan ummatnya yang istiqomah menjalankan sunnahnya hingga akhirrul zaman. Amin yaa Allohumma amin.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (رواه البحارى)
...”Wahai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu yang telah mempunyai keupayaan atau lahir dan batin untuk berkawin maka hendaklah dia berkawin. Sesungguhnya perkawinan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barangsiapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengawal atau benteng nafsu. (HR. Bukhari)

MENIKAH. Adalah satu dari sedikit solusi terbaik dalam Islam untuk menghidarkan kita dari zina. Karena ada begiituuu…, banyak berkah yang kita akan dapatkan saat menikah. Bahkan untuk mereka yang bukan Muslim sekalipun! Karena melalui pernikahanlah, limpahan rezeki dan Rahmat dari Alloh سبحانه وتعلى akan kita dapatkan berlipat-lipat. Dan hanya dengan menikahlah kita baru bisa melaksanakan separuh dari kewajiban Agama kita.

Kasus 1 vs Kasus 2
KASUS 1. Saya memiliki seorang teman yang sudah menikah sejak ia lulus SMA dulu. Ketika ditanya apa alasan yang mendorong dia untuk menyegerakan menikah muda adalah karena beratnya cobaan dalam lingkungan seperti sekarang. Khususnya cobaan mengenai nafsu syahwat. Memang menurut dia menikah bukanlah satu-satunya jalan untuk menghindarkan dirinya dari berbuat zina. Tapi dia merasa ada dorongan yang kuat yang meyakinkan dirinya bahwa menikah adalah pilihan terbaik bagi diri dan kesucian agamanya dari segala dosa zina.

Dari contoh teman saya di atas, mungkin terlalu berlebihan jika kita semua mengharuskan untuk menikah setelah lulus SMA! Waaah…, seru juga mungkin kalau anak-anak SMA dah pada nikah semuanya… Walaupun terdengar aneh saat membayangkannya namun teman saya adalah satu dari contoh kehidupan yang bisa kita ambil pelajaran darinya.

KASUS 2. Pernah dengar ada remaja SMA bahkan SMP yang MBA/KKK (Kawin Karena Kecelakaan) hingga mendapat tekanan dari keluarga dan lingkungannya untuk mempertanggungjawabkan hasil perbuatan mereka? Apa yang terjadi dengan mayoritas Kasus 2 seperti di atas? Bagaimana perjalan pernikahan mereka yang didasarkan bukan pada keimanan kepada Alloh dan Rosul, tetapi melainkan karena nafsu, gaya hidup, dan paham hedonisme (bebas)nya? Anda pasti tahu jawabannya.

Syarat Menikah
Menikah memang bukan perihal yang mudah, ia butuh perhitungan yang cukup dan baik. Namun menikah bukan pula sesuatu yang menyeramkan. Hanya karena pengalaman teman, tetangga, artis, atau bahkan cerita dari orang lain yang mengatakan bahwa; ‘menikah itu butuh materi yang tidak sedikit, kesiapan mental juga fisik, pertimbangan ini dan itu’, hingga menjadikan kita sangat khawatir bahkan takut menyegerakan diri untuk menikah.

Kita lebih sering mendapatkan contoh kurang baik dan anehnya sering juga meng-amini tentang mitos-mitos dalam pernikahan. Seperti mitos yang mengatakan bahwa kalau Shio ini cocoknya hanya dengan Shio ini, dan ini. Bintang ini cocoknya dengan yang ber-Bintang ini dan ini. Selain itu ga bakal cocok atau langgeng kalau dipaksakan. Atau ada lagi yang mengatakan jangan menikah dengan orang Minang, atau Medan, atau suku-suku yang lainnya karena mitos bla..bla..bla…!

Waduuuh…, bahaya nih kalau fikroh (pikiran) kita lebih banyak meyakini suatu kebenaran dari hal-hal yang menyesatkan seperti ini. Masa standar seseorang dalam memilih calon untuk dinikahi berdasarkan hal-hal yang berbau syirik (shio, bintang), dan kesukuan!

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)

Sahabatku. Coba kita lihat para artis yang begitu cukup dalam hal materi, begitu cantik dan ganteng secara fisik, dewasa, cukup umur, dan sebagainya, namun saat mereka memasuki jenjang bernama Pernikahan semua yang mereka miliki (materi, fisik, gelar, ketenaran, dll) seperti tidak bisa menjadi JAMINAN baginya untuk merasakan keBAHAGIAan dalam hidup. Bagaimana? Apakah kita juga mensyaratkan diri untuk menikah menikah seperti semua hal di atas?

Mayoritas kita mungkin telah dikuasai oleh cara pandang hidup yang dibentuk oleh lagu-lagu sendu, acara tv yang bertemakan cinta, dan contoh kurang baik lainnya. Hingga secara sadar kita telah mensyaratkan bahwa kebahagiaan adalah semua hal yang bisa diukur dengan hal-hal yang bersifat fisik (materi). Semua yang terlihat oleh kedua mata adalah syarat mutlak yang harus diutamakan dalam menilai, dan memilih sesuatu. Terlebih terhadap menilai, dan meilih calon pasangan hidup.

"Semakin banyak Anda menuntut (mensyaratkan) sesuatu terhadap calon maupun pasangan Anda, maka akan semakin sulit Anda mendapatkan apa yang Anda HARAPKAN!”

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi صلىالله عليه وسلّم pernah bersabda:
إِنَّ مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيْرُ خِطْبَتِهَا وَتَيْسِيْرُ صَدَاقِهَا وَتَيْسِيْرُ رَحِمِهَا
Di antara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.”
خَيْرُ النِّكَاحِ أَيْسَرُهُ
Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud)

Mungkinkah hadits ini bisa mengubah cara pandang sahabat tentang syarat terbaik dalam memilih calon untuk dinikahi? Mungkinkah sahabat masih seperti saya dulu yang secara sadar hanya mengambil dan meyakini hadits-hadits atau bahkan ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan kondisi diri. Bahkan sering menilai satu perintah yang jelas dari Alloh سبحانه وتعلى dan Rosululloh صلىالله عليه وسلّم berdasarkan dari siapa yang menyampaikan! Astaghfirulloh al ‘adhim.

Alasan Berpacaran
Apakah yang jadi alasan utama orang berpacaran? Jawab mayoritas kita adalah ‘sebagai saran mengenal pribadi dan diri sang pacar.’ Apakah dengan berpacaran kita bisa menjadi yakin pacar kita menjadi pasangan hidup kita kelak? Wah, untuk pertanyaan ini mungkin jawabnya adalah bisa ya, bisa tidak.

Ada yang sudah berpacaran 1 tahun? 2 tahun? 3 tahun? Atau bahkan lebih? Ooo..., ada toh. Untuk Anda yang sudah pernah atau masih menjalani masa pacaran lebih dari 1 tahun coba jawab pertanyaan sederhana saya. “Apakah Anda sudah mengenal dengan baik pribadi dan karakter pacar Anda?”

Sudah! Anda yakin?

Kalau begitu saya tanya lagi, “apakah Anda yakin bahwa dia adalah orang terbaik untuk Anda nikahi kelak?” Atauuu..., jangan-jangan saat ini Anda memiliki pacar (calon) selain dia? Hmmm..., tenang-tenang rahasia Anda aman sama saya...:)

Coba Anda rasakan apa yang dikatakan hati Anda sekarang. “Apakah dengan seringnya pertemuan, seringnya pegang tangan, seringnya peluk dan cium mesra meyakinkan Anda bahwa dia adalah orang terbaik untuk Anda nikahi?” Jika jawabannya Ya. “Mengapa Anda masih mencari pacar yang lain!” Jika Tidak. “Apa fungsi dan tujuan Anda berpacaran dengannya?” Sebagai sarana memuaskan hawa nafsu? Atau sebagai pembuktian diri bahwa Anda punya pacar? Atau ada alasan omong-kosong lainnya! Astaghfirulloh al ‘adhim.

Wuiiih..., ko jadi nafsu ya saya ngomongnya...:)
Pis..pis...pis... Lanjut yuk.

Kapan Nikahnya?
Pertanyaan ini seringkali tumbuh bila kita terlalu lama, dan terlalu asyik berpacaran. Kadang semakin lama kita berpacaran, justru timbul rasa jenuh, bosan, dengannya. Hingga suatu hari, di suatu tempat kita bertemu dengan orang lain yang dengannya kita merasa lebih nyaman. Terus..., ya akhirnya kita mulai berpikir macam-macam mengenai pacar kita itu. Hingga akhirnya mungkin hubungan dengan si pacar terdahulu kita putuskan. Bagaimana, Andakah salah satu orang yang mengalaminya?

Sahabatku yang kurindukan untuk berjumpa. Selalu ada alasan bagi siapapun untuk menunda-nunda kita untuk menyegerakan menikah. Kita kadang merasa takut jika terlalu cepat menikah maka semua kesenangan, semua hobi dan kebebasan yang selama ini kita rasakan akan hilang. Padahal yang terjadi adalah, semakin lama kita berada dalam dunia itu semakin jauh kita dari keinginan dan kemampuan mempersiapkan diri untuk menikah. Sadar atau tidak bahwa saat ini dunia yang sedang kita jalanin hanya melenakan diri dan mungkin bisa berakibat pada kesengsaraan.

Coba lihat betapa banyak sahabat kita yang bekerja mencari uang hanya untuk diri dan kesenangannya. Ia habiskan waktunya untuk pergi ke cafe, clubbing, dan sebagainya. Sebuah pemandangan realita yang memilukan untuk para orangtua yang berpikir. Apa yang akan terjadi dengan masa depan anakku kelak jika mereka terus terbawa arus? Dan mungkin itu yang akan kita rasakan kelak, saat kita termenung di satu malam terbesit dalam hati, mengapa masa mudaku dulu ku sia-siakan? Lalu kita berharap dalam doa, ‘semoga anak-anakku tidak terbawa arus dunia yang melenakan seperti aku dulu!’ Sedihnya kita bila itu yang terjadi.

Sahabatku yang baik. “Tidak ada jaminan bahwa orang yang kita pilih untuk dinikahi adalah yang terbaik!” Begitu pun dengan kapan kita menentukan waktu untuk menikah. Karena bukanlah siapa orang yang kita pilih, tapi apa yang bisa kita berikan untuk yang sudah kita yakini! Setiap diri adalah sama dihadapan Alloh ‘azza wa Jalla. Karena sungguh bukan orang yang kaya materi, bukan pula yang cantik/ganteng yang dapat membahagiakan kita, melainkan dia yang tulus hatinya, dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.

Menikah bukanlah mengenai siapa tapi rasa. Semua yang terlihat indah saat-saat berpacaran tidak akan lagi bernilai jika rasa itu hilang. Materi, fisik, dan semua kemewahan yang terlihat oleh mata bukanlah yang kita cari dalam hidup. Melainkan keberkahan dalam rasa syukur kita, dalam ketaatan kita beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Alloh ‘azza wa Jalla. Keberanian dan ketegasan kita mempersiapkan diri untuk menyegerakan menikah adalah hal yang sangat penting saat ini. Karena semakin lama kita menunda, semakin banyak dosa yang kita pupuk. So, segerelah menikah Sahabatku! Dan RASAKAN BEDANYA...:)

Bekasi, 6 Desember 2009

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Catatan MasGagah: Malesnya... Baca Email!

"Email banyak amat sih! Jadi males bacanya."

Naaah..., ini ni yang paling sering saya alami. Sampe sekarang bahkan. Saking banyaknya email yang masuk, boro-boro kita sempet bacanya, liat Subjectnya juga ga!

Sebenernya sih kasian sama yang udah nyempetin kirim email ke kita, eh ga juga sempet dibaca. Padahal tuh email boleh jadi isinya bagus. Yaaah..., paling ga mungkin ada lah berita, atau sedikit kalimat yang baik untuk kita.

Terus gimana dong...? Apa kita unsubscribe aja dari milist yang emailnya tiap hari buanyak...? Wah, sayang juga kalo harus gitu.

Kalau gitu, yuk kita mulai lagi giat membaca email. Siapa tau ada yang bermanfaat untuk kita dan keluarga. Daripada tiap hari mata pelototin status komentar di pesbuk, mending baca artikel-artikel baik yang dikirim lewat milis kan...;)

Yuk, baca email lagi...

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Catatan MasGagah: Nikah Yuuk...! -bagian I-

Intro:

My love
There's only you in my life
The only thing that's right
My first love
You're every breath that I take
You're every step I make

And I
I want to share
All my love with you
No one else will do
And your eyes
They tell me how much you care
Oh, yes you will always be
My endless love

Songs by Lionel Richie – My Endless Love

-----------------------------------------

Assalamu’alaikum wa rohmatulloh wa barokaatuh,

Puja dan puji syukur kepada Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim atas semua kemudahan dan nikmat yang senantiasa diberikan kepada diri yang lemah dan bodoh ini. Semoga Alloh Swt. senantiasa menjaga diri ini dari segala kebodohan dan kelemahan dalam setiap gerak dan langkahnya. Sholawat serta sallam semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah ummah, Nabiulloh Muhammad Saw, beserta keluarga beliau, para shohabat dan ummatnya yang istiqomah menjalankan sunnahnya hingga akhirrul zaman. Amin yaa Allohumma amin.

Wuaaaaah…, indah ya lirik lagu di atas. Apalagi untuk yang sekarang sedang dilanda asmara pasti hidup kayaknya terasa indah buanget deh kalau dinyanyiin sambil membayangkan si Dia.

Sahabatku. Apa yang menyebabkan kalian tidak menyegerakan diri untuk menikah? Padahal bukankah saat ini orang yang kalian sebut pacar itu sudah merelakan sebagian waktu, perasaan, dan dirinya untuk dirimu? Apakah harus ada batasan waktu untuk meyakinkan dirimu bahwa dia adalah jodohmu (1, 2, 3, 5 tahunkah)? Atau mungkin ada rasa yang tumbuh saat semakin lama kalian ber-pacaran malah membuat dirimu resah, dan bimbang untuk segera melamar dan menikahinya?

Wah..wah..wah…, repot juga nih kalau kalian selalu menunda-nunda yang satu ini. Taukah sahabatku, bahwa ber-pacaran itu sama dengan berzina? Jawab kalian:(Tahuuu…). Tahukah kalian bahwa menikah itu adalah satu-satunya media yang mampu menahan diri kita dari bermaksiat di hadapan Alloh Swt.? Jawab kalian: (Tahuuu…).
So, kalau begitu siapin deh kata-kata yang baik nan indah untuk disampaikan minggu depan kepada sang CaMer (Calon Mertua). Hehehe…:) Secepat itu kah?

Yup! Kalau bisa lebih di percepat kenapa harus diperlambat…;)

Alloh Swt. berfirman: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Alloh akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)

Rosululloh Saw. bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampunyai kesanggupan, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kesucian farji (kemaluan); dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai baginya." (Muttafaq 'Alaih).

Menikah muda, yuuuk…!
Dari beberapa buku ustadz Mohammad Fauzil Adhim (maaf jika salah ejaannya) yang pernah saya baca, beliau mengatakan bahwa begitu banyak wanita yang siap untuk menikah muda, namun sedikit pria yang siap. Tapi fenomena yang terjadi sekarang banyak juga wanita yang menunda-nunda untuk menikah dengan alasan masih kuliah, ingin berkarir lebih dahulu, ingin merasakan nikmatnya masa-masa pacaran, dll.

Waduh…, alasan terakhir ini paling embahaya! Yaaah…, namanya juga pacaran yang pasti setan-setan pada seneng deh godain kita untuk semakin terjerumus ke dalam kemaksiatan. Na’udzubillahi min dzalik.

Yang paling sulit untuk dihindari saat berpacaran adalah fitrah kita terhadap nafsu syahwat yang sangat sulit untuk dikendalikan. Hampir tidak mungkin bagi kita yang belum menikah untuk menjauhkan diri dari perbuatan zina. Apalagi saat sedang berpacaran!

Sahabatku. Begitu sulitnya cobaan kami para Pria, hingga Rosululloh Saw. mengatakan bahwa cobaan terbesar bagi kami adalah cobaan yang berhubungan dengan wanita.

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ وَمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ

Hadits riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata: Rosulullah Saw. bersabda: “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun setelahku yang lebih membahayakan kaum lelaki daripada kaum wanita.”

Tuh kan bener! Rosul sendiri sudah mengingatkan kita agar berhati-hati dalam segala hal yang berhubungan dengan wanita. Karena secara fitrah kita sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri wanita. Mulai dari mata, hidung, bibir, wajah, suara, hingga cara berjalan mereka yang menarik perhatian kita, kaum laki-laki.

Coba siapa yang bisa menghitung berapa banyak kasus-kasus pacaran yang berakhir pada MBA (Kawin Karena Kecelakaan)? Lucu juga kan kalau di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia. MBA = KKK? Untuk buka PKK atau KPK…:)

Kalau sudah begini trennya, harus bagaimana? Apakah kita masih terus menjadikan gaya hidup para artis sebagai contoh gaya hidup, dan pola pikir yang harus kita tiru? Mana yang lebih baik, contoh dan teladan yang ditampilkan oleh para artis atau Rosululloh Saw.? Semua yang beriman pasti sepakat, bahwa Rosululloh Saw. adalah teladan dan contoh yang paling baik untuk diikuti.

Salah Siapa?
Maraknya tren berpacaran, sex sebelum menikah, hingga banyaknya wanita yang berani menggugurkan kandungannya karena MALU! Terdengar aneh untuk kasus yang terakhir ini, Malu di taruh saat sang janin berada dalam kandungannya. Sementara mereka tidak merasa MALU saat melakukan zina! Na’udzubillah min dzalik.

Mungkin pendidikan yang kita dapat dari orangtua, sekolah, lingkungan tidak mengarahkan kita kepada tuntunan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Minimnya pengetahuan dan keinginan yang kuat dari orangtua dalam mendidik anak-anaknya secara Islami jadi faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan karakter diri. Hingga akhirnya kita sebagai anak sering mencari jati diri, dan pembelajaran dari media tv, internet, majalah, musik, dan gaya hidup yang justru melenakan dan menyesatkan tanpa sadar.

Allohu Akbar… Allohu Akbar…!
Beratnya hidup jika melihat kondisi yang ada pada diri saat ini
Mungkinkah masih ada jalan kebaikan yang dapat aku temui nanti
Apakah harus ku akhiri saja hidup yang penuh luka ini?

Berikan waktumu untuk ku duhai Ayah, duhai Bunda!
Ayah, aku tahu bahwa dibalik keringatmu yang menetes setiap hari selalu ada doa untuk ku
Di setiap waktu yang engkau curahkan untuk bekerja ada doa untuk ku
Di setiap malam aku termenung, di mana ayahku yang dulu selalu menemani waktu belajarku?
Di setiap malam aku berharap semoga engkau pulang lebih cepat agar aku bisa bercanda denganmu
Duhai Ayahku, kini aku hilang arah. Banyak dosa yang telah kuperbuat di luar sana. Dan kini aku takut untuk pulang menatap wajahmu
Ayah, maafkan aku yaaa…

Bunda, bukan salahmu aku menjadi seperti ini
Engkau adalah contoh terbaik yang aku banggakan selama ini
Kesibukan mu tidak pernah menyurutkan kasih sayangku kepadamu
Waktu mu yang sedikit untuk ku pun bukanlah alasanku menjadi seperti ini, sekarang

Bunda, engkau memang bukan orang yang paling sempurna
Namun, hanya engkaulah sosok terbaik yang dapat aku temukan
Marah dan candamu kepadaku selama ini aku rindui
Semoga engkau memaafkan segala kenakalanku, Bunda

Selamat tinggal Ayah, selamat tinggal Bunda…
Maafkanlah segala kesalah anakmu ini…
Salam dan Senyum dariku selalu…


-Dinda-

حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ

Hadis riwayat Abu Hurairah عنه الله رضي, ia berkata: Rosulullah وسلّم عليه الله صلی bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?”

Sahabatku. Begitu banyak masalah yang ada di hadapan kita, namun mungkin untuk sebagian dari kita tak ada masalah yang lebih berat dari masalah mengenai rumahtangga. Anak adalah amanah yang di berikan Alloh ‘azza wa Jalla kepada kita. Mereka adalah buah dari cinta suci kita bersama suami, bersama istri. Mereka adalah kekuatan tidak terlihat yang membuat kita mampu menjalani semua cobaan dari Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim. Anak adalah segalanya saat kita tersadar. Namun saat kita khilaf disibukkan dengan urusan pekerjaaan, arisan, dan urusan lainnya ia sedikit demi sedikit terlupakan. Hingga ia pergi meninggalkan diri yang sudah semakin renta ini. Semoga cobaan yang dialami oleh sebagian sahabat kita yang lain tidak ditimpakan kepada kita. Bersatulah kalian Ayah, Bunda, dengan al-Qur’an dan as-Sunnah kita menjaga perahu rumahtangga ini bersama anak-anak yang kita cintai.

Bekasi, 1 Desember 2009

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Catatan MasGagah: Doa untuk PEMIMPIN Negeri

Ada yang merasa males membahas topik berita tentang korupsi yang sedang marak di tv? Setelah sebelumnya kita ramai membicarakan masalah mengenai KPK, POLRI, juga KEJAGUNG, sekarang diteruskan dengan kemungkinan bermasalahnya BailOut Bank Century.

Beratnya jadi Pemimpin. Tapi kenapa banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin ya?

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَاْلإِمَامُ رَاعٍ، وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ أَهْلِهِ، وَهُوَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا، وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِيْ مَالِ سَيِّدِهِ، وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَاْلاِبْنُ رَاعٍ فِيْ مَالِ أَبِيْهِ، وَهُوَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه عن ابن عمر)

Kalian semua adalah penggembala, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaannya. Imam adalah penggembala, kelak dia akan diminta pertang­gungjawaban tentang gembalaannya. Seorang lelaki penggembala istrinya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaannya. Seorang wanita penggembala dalam rumah suaminya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaannya. Seorang pelayan penggembala bagi harta tuannya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaannya. Seorang anak penggembala harta ayahnya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaanya. Kalian semua adalah penggembala, kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang gembalaanya. (Riwayat Bukhari dan Muslim secara ittifaq melalui Ibnu Umar r.a.)

Mmm..., pernah ngebayangin ga kalau nanti di akhirat saat kita dikumpulkan Allohu 'azza wa Jalla, lalu dimintai pertanggungjawabannya satu-satu? Pembelaan apa yang bisa menolong kita dari dosa, dan kebodohan kita saat di dunia?

Lebih SEREM lagi para pemimpin kita tuh. Mereka akan di panggil lebih dahulu satu demi satu untuk mempertanggungjawabkan terhadap apa yang dipimpinnya! Wuih..., SEREMNYA.

Tiada seseorang pun yang berkuasa atas suatu perkara dari umat ini (umat Muhammad), lalu ia tidak berlaku adil di antara mereka, kecuali Allah Swt. akan mencampakkannya ke dalam neraka. (Riwayat Ma'qil ibnu Sinan)

Tapi, daripada cemberut tiap hari. Ngedumel ga karuan sampe ke bawa-bawa kepada suasana hati, mending kita doain PEMIMPIN kita yang saat ini diberi amanah oleh Allohu 'azza wa Jalla diberikan Rahmat dan Hidayah-Nya agar senantiasa bisa menjaga amanah yang BESAR ini.

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

Thursday, July 30, 2009

Doa Untuk Ayah

Bismillahirrohmaanirrohiim

Sahabatku. Lihatlah senyum anak kita disaat ia tidur? Wajah yang mungil, lekuk dan garis wajahnya yang indah itu begitu membahagiakan kita saat memandangnya.

Sahabatku. Saat pagi menjelang, wajah siapakah yang pertama kali akan kau lihat, kau cium dengan lembut? Anakmu kah?

Sahabatku. Sebagai seorang ayah, pernahkah kita mampu memberinya penjelasan mengapa waktu yang kita luangkan begitu sedikit untuknya? Dan tahukah sahabat mengapa ia tidak pernah sekalipun menanyakan hal itu kepada kita? Sadarkah kita bahwa dia begitu percaya, dan yakin bahwa Ayahnya pergi meninggalkan dia untuk memastikan bahwa kita, Ayahnya sedang menyiapkan masa depan yang terbaik baginya kelak. Dia percaya bahwa kita bekerja begitu keras untuk masa depan dirinya. Sudahkah kita mengupayakannya dengan usaha terbaik kita?

Sahabatku. Sudahkah kita sebagai seorang Ayah menjawab kepercayaanya itu?

1,2 tahun berlalu. Hingga kini ia sudah menginjak usia ke 5. Adakah janji di dalam rencana kita untuknya yang telah kita penuhi? Ataukah lebih banyak yang tertunda?

Sahabatku. Dia tidak pernah meminta apapun kepada kita, karena dia percaya bahwa kedua orangtuanya senantiasa akan memelihara dan membantu dirinya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya kelak. Dia percaya seperti halnya kita percaya dulu kepada kedua orangtua kita. Kini, sudahkah kita memenuhi doa dan harapannya itu? Jika belum, rencana super dan hebat apa yang akan kita upayakan agar mimpi untuk membesarkan dia (anak-anak kita) dengan layak bisa terpenuhi.

Sahabatku. Selalu ada janji baik dari Alloh yang Maha Mengabulkan Doa bagi kita, hamba-hambanya yang senantiasa berusaha dan bersabar. Bukanlah hebatnya rencana yang membuat mimpi kita yang BESAR itu di aminkan oleh Alloh ar-Rohmaan melainkan BESARnya dan HEBATnya USAHA kita. TINDAKAN kitalah yang akan menjadikan kita dinilai menjadi PANTAS untuk mendapatkan semua MIMPI BESAR itu. Maka YAKINlah bahwa semua USAHA kita PASTI menghasilkan. Apakah BESAR atau kecil serahkan kepada Dia yang Maha Tahu Kebutuhan Kita.

Don't Think, Just Do It


Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.
http://www.masgagah80.blogspot.com/
YM: masgagah80

Friday, July 24, 2009

Flu Babi di Dalam Vaksin Flu

Did WHO made AIDS Virus?

by William Campbell Douglas, M.D.
from HealingTools Website

There is no question mark after the title of this article because the title is not a question. It's a declarative statement. WHO, the World Health Organization, murdered Africa with the AIDS virus. That's a provocative statement, isn't it?

The answers to this little mystery, Murder on the WHO Express, will be quite clear to you by the end of this report. You will also understand why the other suspects, the homosexuals, the green monkey an the Haitians, were only pawns in this virocidal attack on the non-Communist world. If you believe the government propaganda that AIDS is hard to catch then you are going to die even sooner than the rest of us. The common cold is a virus. Have you ever had a cold? How did you catch it? You don't really know, do you? If the cold virus were fatal how many people would there be left in the world?

Yellow fever is a virus. You catch it from mosquito bites. Malaria is a parasite also carried by mosquitoes. It is many times larger than the AIDS virus (like comparing a pinhead to a moose head) yet the mosquito easily carries this large organism to man.

The tuberculosis germ, also, much larger than the AIDS virus, can be transmitted by fomites (inanimate objects such as towels). The AIDS virus can live for as long as 10 days on a dry plate. You can't understand this murder mystery unless you learn a little virology.

Many viruses grow in animals and many grow in humans, but most of the viruses that affect animals don't affect humans. There are exceptions, of course, such as yellow fever and small pox.

There are some viruses in animals that cause very lethal cancer in those animals, but do not affect man or other animals. The bovine leukemia virus (BLV), for example, is lethal to cows but not humans. There is another virus that occurs in sheep called sheep visna virus which is also non-reactive in man. These deadly viruses are "retro viruses" meaning that they can change the genetic composition of cells that they enter.

The World Health Organization, in published articles, called for scientists to work with these deadly agents and attempt to make a hybrid virus that would be deadly to humans:
"And attempt should be made to see if viruses can in fact exert selective effects on immune function. The possibility should be looked into that the immune response to the virus itself may be impaired if the infecting virus damages, more or less selectively, the cell responding to the virus."
That's AIDS. What the WHO is saying in plain English is,
"Let's cook up a virus that selectively destroys the T-cell system of man, an acquired immune deficiency."
Why would anyone want to do this? If you destroy the T-cell system of man you destroy man. Is it even remotely possible that the World Health Organization would want to develop a virus that would wipe out the human race?

If their new virus creation worked, the WHO stated, then many terrible and fatal infectious viruses could be made even more terrible and more malignant. Does this strike you as being a peculiar goal for a health organization?

Sometimes Americans believe in conspiracies and sometimes they don't. Was there a conspiracy to kill President Kennedy? Twenty-five years later the debate still continues, and people keep changing their minds. One day it's yes, the next day it's no-depending on what was served for breakfast or how the stock market did the day before.

But it doesn't take a bad breakfast to see an amazing concatenation of events involving Russian and Chinese communist nationals, the World Health Organization, the National Cancer Institute and the AIDS pandemic.

But what about the green monkey? Some of the best virologist in the world and many of those directly involved in AIDS research, such as Robert Gallo and Luc Montagnier, have said that the green monkey may be the culprit. You know the story: A green monkey bit a native on the ass and, bam-AIDS all over central Africa.

There is a fatal flaw here. It is very strange. Because Gallo, Montagnier and these other virologists know that the AIDS virus doesn't occur naturally in monkeys. In fact it doesn't occur naturally in any animal.

AIDS started practically simultaneously in the United States, Haiti, Brazil, and Central Africa. (Was the green monkey a jet pilot?) Examination of the gene structure of the green monkey cells proves that it is not genetically possible to transfer the AIDS virus from monkeys to man by natural means. Because of the artificial nature of the AIDS virus it will not easily transfer from man to man until it has become very concentrated in the body fluids through repeated injections from person to person, such as drug addicts, and through high multiple partner sexual activity such as that which takes place in Africa and among homosexuals. After repeated transfer it can become an "natural" infection for man, which it has.

Dr. Theodore Strecker's research of the literature indicates that the National Cancer Institute in collaboration with the World Health Organization made the AIDS virus in their laboratories at Fort Detrick (now NCI). They combined the deadly retroviruses, bovine leukemia virus and sheep visna virus, and injected them into human tissue cultures. The result was the AIDS virus, the first human retrovirus known to man and now believed to be 100 percent fatal to those infected.

The momentous plague that we now face was anticipated by the National Academy of Sciences (NAS) in 1974 when they recommended that,
"Scientists throughout the world join with the members of this committee in voluntarily deferring experiments (linking) animal viruses."
What the NAS is saying in carefully guarded English is: "For God's sake, stop this madness!"

The green monkey is off the hook. How about the Communists? Communists are in the process of conducting germ warfare from Fort Detrick, Maryland against the free world, especially the United States, even using foreign communist agents within the United States Army's germ warfare unit euphemistically called the Army Infectious Disease Unit. You don't believe it?

Carlton Gajdusek, and NIH bigshot at Detrick admits it:
"IN THE FACILITY I HAVE A BUILDING WHERE MORE GOOD AND LOYAL COMMUNISTS SCIENTIST FROM THE USSR AND MAINLAND CHINA WORK, WITH FULL PASSKEYS TO ALL THE LABORATORIES, THAN THERE ARE AMERICAN. EVEN THE ARMY'S INFECTIOUS DISEASE UNIT IS LOADED WITH FOREIGN WORKERS NOT ALWAYS FRIENDLY NATIONALS."
Can you imagine that? A UN-WHO communist trojan horse in our biological warfare center with the full blessing of the U.S. government? The creation of the AIDS virus by the WHO was not just a diabolical scientific exercise that got out of hand. It was a cold-blooded successful attempt to create a killer virus which was then used in a successful experiment in Africa. So successful in fact that most of central Africa may be wiped out, 75,000,000 dead within 3-5 years.

It was not an accident. It was deliberate. In the Federation Proceedings of the United States in 1972, WHO said:
"In the relation to the immune response a number of useful experimental approaches can be visualized."
They suggested that a neat way to do this would be to put their new killer virus (AIDS) into a vaccination program, sit back and observe the results.
"This would be particularly informative in sibships," they said.
That is, give the AIDS virus to brothers and sisters and see if they die, who dies first, and of what, just like using rats in a laboratory.

They used smallpox vaccine for their vehicle and the geographical sites chosen in 1972 were Uganda and other African states, Haiti, Brazil and Japan. The present or recent past of AIDS epidemiology coincides with these geographical areas.

Dr. Strecker points out that even if the African green monkey could transmit AIDS to humans, the present known amount of infection in Africa makes it statistically impossible for a single episode, such as a monkey biting someone, to have brought this epidemic to this point. The doubling time of the number of people infected, about every 14 months, when correlated with the first known case, and the present known number of cases, prove beyond a doubt that a large number of people had to have been infected at the same time.

Starting in 1972 with the first case from our mythical monkey and doubling the number infected from that single source every 14 months you get only a few thousand cases. From 1972 to 1987 is 15 years or 180 months. If it takes 14 months to double the number of cases then there would have been 13 doublings, 1 then 2, then 4, then 8, etc. In 15 years, from a single source of infection there would be about 8,000 cases in Africa, not 75 million AIDS infected people. We are approaching World War II mortality statistics here - without a shot being fired.

Dr. Theodore A. Strecker is the courageous doctor who unraveled this conundrum, the greatest murder mystery of all time. He should get the Nobel prize but he'll be lucky not to get "suicided."
("Prominent California doctor ties his hands behind his back, hangs himself, and jumps from 20th floor. There was no evidence of foul play.")
Strecker was employed as a consultant to work on a health proposal for Security Pacific Bank. He was to estimate the cost of their health care for the future. Should they form a health maintenance organization? (HMO) was a major issue. After investigating the current medical market he advised against the HMO because he found that the AIDS epidemic will in all probability bankrupt the nation's medical system.

He became fascinated with all the peculiar scientific anomalies concerning AIDS that kept cropping up.
• Why did the "experts" keep talking about green monkeys and homosexuals being the culprits when it was obvious that the AIDS virus was a man-made virus?
• Why did they say that it was a homosexual and drug-user disease when in Africa it was obviously a heterosexual disease?
• If the green monkey did it, then why did AIDS explode practically simultaneously in Africa, Haiti, Brazil, the United States and southern Japan?
• Why, when it was proposed to the National Institute of Health that the AIDS virus was a combination of two bovine or sheep viruses cultured in human cells in a laboratory, did they say it was "bad science" when that's exactly what occurred?
As early as 1970 the World Health Organization was growing these deadly animal viruses in human tissue cultures. Cedric Mims, in 1981, said in a published article that there was a bovine virus contaminating the culture media of the WHO. Was this an accident or a "non-accident"? If it was an accident why did WHO continue to use the vaccine?

This viral and genetic death bomb, AIDS, was finally produced in 1974. It was given to monkeys and they died of pneumocystis carni which is typical of AIDS.

Dr. R. J. Biggar said in Lancet.
"...The AIDS agent... could not have originated de novo."
That means in plain English that it didn't come out of thin air. AIDS was engineered in a laboratory by virologist. It couldn't engineer itself. As Doctor Strecker so colorfully puts it:
"If a person has no arms or legs and shows up at a party in a tuxedo, how did he get dressed? Somebody dressed him."
There are 9,000 to the fourth power possible AIDS viruses. (There are 9,000 base pairs on the genome.) So the fun has just begun. Some will cause brain rot similar to the sheep virus, some leukemia-like diseases from the cow virus and some that won't do anything. So the virus will be constantly changing and trying out new esoteric diseases on hapless man. We're only at the beginning. Because of the trillions of possible genetic combinations there will never be a vaccine. Even if they could develop a vaccine they would undoubtedly give us something equally bad as they did with the polio vaccine (cancer of the brain), the swine flu vaccine (a polio-like disease), the smallpox vaccine (AIDS), and the hepatitis vaccine (AIDS).

There are precedents. This is not the first time the virologist have brought us disaster. SV-40 virus from monkey cell cultures contaminated polio cultures. Most people in their 40's are now carrying this virus through contaminated polio inoculations given in the early 60's. It is known to cause brain cancer which explains the increase in this disease that we have seen in the past ten years.

This is the origin of the green monkey theory. The polio vaccine was grown on green monkey kidney cells. Sixty-four million Americans were vaccinated with SV-40-contaminated vaccine in the 60's. An increase in cancer of the brain, possibly multiple sclerosis, and God only knows what else is the tragic result. The delay between vaccination and the onset of cancer with this virus is as long as 20-30 years. 1965 plus 20 equals 1985. Get the picture?

The final piece of the puzzle is how AIDS devastated the homosexual population in the United States. It wasn't from smallpox vaccination as in Africa because we don't do that any more. There is no smallpox in the United States and so vaccination was discontinued.

Although some AIDS has been brought to the United States from Haiti by homosexuals, it would not be enough to explain the explosion of AIDS that occurred simultaneously with the African and Haitian epidemics.

The AIDS virus didn't exist in the United States before 1978. You can check back in any hospital and no stored blood samples can be found anywhere that exhibit the AIDS virus before that date.

What happened in 1978 and beyond to cause AIDS to burst upon the scene and devastate the homosexual segment of our population? It was the introduction of the hepatitis B vaccine which exhibits the exact epidemiology of AIDS.

A Doctor W. Szmuness, born in Poland and educated in Russia, came to this country in 1969 - Szmuness's immigration to the U.S. was probably the most fateful immigration in our history. He, by unexplained process, became head of the New York City blood bank. (How does a Russian trained doctor become head of one of the largest blood banks in the world? Doesn't that strike you as peculiar?)

He set up the rules for the hepatitis vaccine studies. Only males between the ages of 20 and 40, who were not monogamous, would be allowed to participate in this study. Can you think of any reason for insisting that all experimentees be promiscuous? Maybe you don't believe in the communist conspiracy theory but give me some other logical explanation. Szmuness is now dead and his diabolical secret went with him.

The Centers for Disease Control reported in 1981 that four percent of those receiving the hepatitis-vaccine were AIDS-infected. In 1984 they admitted to 60 percent. Now they refuse to give out figures at all because they don't want to admit that 100 percent of hepatitis vaccine receivers are infected with AIDS.

Where is the data on the hepatitis vaccine studies? FDA? CDC? No, the U.S Department of Justice has it buried where you will never see it. What has the government told us about AIDS?
• It's a homosexual disease-WRONG. (The homosexuals certainly spread it but the primary responsibility wasn't theirs.)
• It's related to anal intercourse only-WRONG.
• Only a small percentage of those testing positive for AIDS would get the disease-WRONG.
• It came from the African green-back monkey-WRONG.
• It came from the cytomegalovirus-WRONG.
• It was due to popping amyl nitrate with sex-WRONG.
• It was started 400 years ago by the Portuguese-WRONG. (It started in 1972.)
• You can't get it from insects-WRONG.
• The virus can't live outside the body-WRONG.
The head of the Human leukemia Research Group at Harvard is a veterinarian. Dr. O. W. Judd, International Agency for Research on Cancer, the agency that requested the production of the virus in the first place, is also a veterinarian. The leukemia research he is conducting is being done under the auspices of a school of veterinary medicine.

Now there is nothing wrong with being a vet but, as we have pointed out, the AIDS virus is a human virus. You can't test viruses in animals and you can't test leukemias in them either. It doesn't work. So why would your government give Judd, a veterinarian, eight and one-half million dollars to study leukemia in a veterinary college? As long as we are being used as experimental animals maybe it's appropriate.

The London Times should be congratulated for uncovering the smallpox-AIDS connection. But their expose was very misleading. The article states that the African AIDS epidemic was caused by the smallpox vaccine "triggering" AIDS in those vaccinated.

Dr. Robert Gallo, who has been mixed up in some very strange scientific snafus, supports this theory. Whether the infection of 75 million Africans was deliberate or accidental can be debated but there is no room for debate about whether the smallpox shots; "awakened the unsuspected virus infection." There is absolutely no scientific evidence that this laboratory-engineered virus was present in Africa before the World Health Organization descended upon these hapless people in 1967 with their deadly AIDS-laced vaccine. The AIDS virus didn't come from Africa. It came from Fort Detrick, Maryland, U.S.A.

The situation is extremely desperate and the medical profession is too frightened and cowed (as usual) to take any action. Dr. Strecker attempted to mobilize the doctors through some of the most respected medical journals in the world. The prestigious Annals of Internal Medicine said that his material "appears to be entirely concerned with matters of virology" and so try some other publication.

In his letter to The Annals Strecker said,
"If correct human experimental procedures had been followed we would not find half of the world stumbling off on the wrong path to the cure for AIDS with the other half of the world covering up the origination of the damned disease. It appears to me that your Annals of Internal Medicine is participating in the greatest fraud ever perpetrated."
I guess they didn't like that so Strecker submitted his sensational and mind-boggling letter with all of the proper documentation to the British journal, Lancet. Their reply:
"Thank you for that interesting letter on AIDS. I am sorry to have to report that we will not be able to publish it. We have no criticism" but their letter was "overcrowded with submissions."
They're too crowded to announce the end of western civilization and possibly all mankind? It doesn't seem reasonable. What can we do? The first thing that should be done is close down all laboratories in this country that are dealing with these deadly retroviruses. Then we must sort out the insane irresponsible and traitorous scientists involved in these experiments and try them for murder.

Then maybe, just maybe, we can re-staff the laboratories with loyal Americans who will work to save a remnant of people to repopulate and re-civilize the world.



References
1. Allison, et al, Bull WHO 1972. 47:257-63 and Amos, et al. Fed Proc. 1972, 31:1087
2. Omni Magazine, March. 1986, p. 106.
3. Jan. 11, 1986. [???]
4. London Times Front page, May 11, 1987.

Vaksin Pembunuh Massal

by Guylaine Lanctot, M.D.
Spanish version
Extracts from Medical Mafia by Guylaine Lanctot, M.D.
November 14, 2005
from EducateYourSelf Website


Why this lethal relentlessness?

What is the objective of the world authorities in destroying people's health, both in industrialized countries and in the Third World?

It is always difficult to presume the intentions of others, particularly when one is not close to them. And this is true in this instance. But there are certainly advantages for someone, somewhere, to so doggedly keep-up the campaign for vaccinations, by any and all means possible.

They must profit someone, somewhere. One thing is certain. It is not to our advantage. In order to determine what these advantages are, and for whom, let us stop and look at the CONSEQUENCES of these massive vaccination programs and draw our own conclusions.

1. Vaccination is expensive and represents a cost of one billion dollars annually. It therefore benefits the industry; most notably, the multinational manufacturers. One sells the vaccines. The other then provides the arsenal of medications to respond to the numerous complications that follow. Their profits increase while our expenses go through the roof.

To the point where we have simply had it up to here and are ready to accept the unacceptable, such as socialized medicine in the United States, for example.

a. http://www.pnc.com.au/~cafmr/coulter/sids.html
b. http://www.pnc.com.au/~cafmr/coulter/vacc-deb.html
c. http://homepages.enterprise.net/whale/sch.html
d. http://www.trufax.org/nwcch/vaccines.html


2. Vaccination stimulates the immune system, the body's defense mechanism. Repeated, vaccination exhausts the immune system. It gives a false sense of security and, in doing so, it opens the door wide to all kinds of illnesses. Notably, to those related to AIDS, which can only develop on ripe ground, where the immune system has been disturbed.

It causes AIDS to explode. It ensures that the illness flourishes perpetually.

• http //alt.medmarket.com/members/reiddds/h...nfo/immune.html


3. Vaccination leads to social violence and crime. What better way to destabilize a country than to disarm its inhabitants, and reinforce police and military control? The authorities subtly create situations of panic and fear among the population which, in turn, necessitate the reinforcement of protection measures", including forbidding citizens from owning weapons.

The authorities then come across as saviors and strengthen their control. It is certain that, in order to impose a single world army, one must first disarm the citizens of every country. One must therefore create violence, if they are to achieve this disarmament, particularly in the United States where the right to bear arms is guaranteed by the Constitution.


4. Vaccination encourages medical dependence and reinforces belief in the inefficiency of the body. It creates people who need permanent assistance. It replaces the confidence one has in oneself with a blind confidence in others, outside ourselves. It leads to loss of personal dignity, in addition to making us financially dependent. It draws us into the vicious circle of sickness (fear - poverty - submission) and, in this way, ensures the submission of the herd so as to better dominate and exploit it.

And then lead them to the abattoir. To slaughter. Vaccination also encourages the moral and financial dependence of Third World countries. It perpetuates the social and economic control of Western countries over them.


5. Vaccination camouflages the real socio-political problems of poverty of some due to exploitation by others, and results in techno-scientific pseudo-solutions that are so complicated and vaccination diverts funds which should be used to help improve living conditions, and channels them into the banks of the multinationals. It is so sophisticated that patients cannot understand. In addition, the gap widens between the dominant rich and the exploited poor.


6. Vaccination decimates populations. Drastically in Third World countries. Chronically in industrialized countries. In this regard, Robert McNamara, the former President of the World Bank, former Secretary of State in the United States, who ordered massive bombing of Vietnam, and a member of the Expanded Program on Immunization, made some very interesting remarks.

As reported by a French publication, "j'ai tout compris", he was quoted as stating:

• "One must take draconian measures of demographic reduction against the will of the populations. Reducing the birth rate has proved to be impossible or insufficient. One must therefore increase the mortality rate. How? By natural means. Famine and sickness." (Translation)


7. Vaccination enables the selection of populations to be decimated. It facilitates targeted genocide. It permits one to kill people of a certain race, a certain group, a certain country.

And to leave others untouched. In the name of health and well-being, of course.

. http //www.tetrahedron.org/research.htm
a. http://www.new-atlantean.com/global/birthcon.html

Take Africa, for example. We have witnessed the almost total disappearance of certain groups. Some 50% dead, estimate the most optimistic. Some 70% dead, according to the less optimistic. As if by chance, many were in the same region, such as Zaire, Uganda, the extreme south of the Sudan. In 1967, at Marburg in Germany, seven researchers, working with green African monkeys, died of an unknown hemorrhagic fever.

In 1969, also by chance, the same sick-ness killed one thousand people in Uganda. In 1976, a new unknown hemorrhagic fever killed in the south of Sudan. Then in Zaire. It is noteworthy that since l968, virologists (virus specialists) have installed their sophisticated equipment in certain hospitals in Zaire. At a CIA hearing, Dr. Gotlieb, a cancerologist, admitted having dispersed, in 1960, a large quantity of viruses in the Congo River (in Zaire) to pollute it and contaminate all the people who used the river as their source of water. Dr. Gotlieb was named to head up the National Cancer Institute!

A couple of years ago, Reuters reported:

• "An illness similar to AIDS has killed 60,000 in the south of Sudan. They call the illness, the killer. Families, whole villages, have disappeared. This illness, the Kalaazar, takes the form of a fever and loss of weight. The symptoms are the same as those of AIDS. The immune system is deficient and one dies of other infections."

It is obvious that Africa, particularly those countries in the center and to the south, contain fabulous resources that have always incited westerners to crush their inhabitants to take over their riches. And beware anyone who stands in their way. The colonies have disappeared. But not colonialism.


8. Vaccination serves as a form of experimentation, to test new products on a great sampling of a population. Under the guise of health and the well-being of the population, people are vaccinated against a pseudo-epidemic with products that one wants to study. The vaccine of hepatitis B seems to be the choice of authorities to accomplish this goal. Yet, this vaccine is manufactured by a process of genetic manipulation. And it is much more dangerous than the traditional vaccine because it inoculates into the body cells that are foreign to its genetic code.

Moreover; this vaccine is produced from virus cultivated on the ovaries of Chinese hamsters. One can only imagine what future generations will look like! But there is more. It is also reported to cause cancer of the liver. Despite all that, it enjoys great popularity among the authorities, who impose it first on all those who work in the health field, and then on the rest of the population.

• http //www.new-atlantean.com/global/ith_gulf.html

In 1986, the medical authorities administered the vaccine against hepatitis B to Native Indian children in Alaska, without any explanation or the consent of their parents. Many children fell ill. And several died. It seems there was a virus called RSV (Rous Sarcoma Virus) in the vaccine. American Indian tribes have been subjected to many vaccinations. Let us be aware that they are difficult to beat into submission, and they own vast tracts of land which the authorities would like to have for their own benefit.

Recently when I met a group of Native women to chat about health with them, the subject of vaccinations cropped up. I was giving them some information on the topic when, suddenly, the group's nurse confided in me that the federal government had given her complete freedom in the management of their health, but on one strict condition. That every vaccination had to be scrupulously applied to all. The silence was deafening. We all understood.

In 1988, the Ambassador of Senegal gave a radio interview reporting on the ravages of AIDS in his country where entire villages were being decimated. A few years earlier, scientific and medical teams had come to vaccinate their inhabitants against hepatitis B.

In 1978, a new vaccine was tested on homosexuals in New York.

And in 1980, on those in San Francisco, Los Angeles, Denver, Chicago, and St Louis. Officially, this "new vaccine" was against hepatitis B and, as we now know, it caused many of them to die from AIDS. It sounded the "official" beginning of the AIDS epidemic in 1981. The vaccination program of homosexuals against hepatitis B was led by Saint W.H.O. and the National Institute of Health.

There are reports of collaboration between these two organizations in 1970 to study the consequences of certain viruses and bacteria introduced to children during vaccination campaigns.

In 1972, they transformed this study to focus on the viruses which provoked a drop in the immune mechanism. Wolf Szmuness directed the anti-hepatitis B experiments undertaken in New York. He had very close links with the Blood Center where he had his laboratory, the National Institute of Health, the National Cancer Institute, the FDA., the W.H.O., and the Schools of Public Health of Cornell, Yale, and Harvard. In 1994 a vast vaccination campaign against hepatitis B was undertaken in Canada. It is both useless, dangerous and costly.

And what for? Is there a hidden agenda?

I note that the Province of Quebec is a particular target, over the course of three years.

i. 1992: vaccination against meningitis
ii. 1993: re-vaccination against meningitis
iii. 1994: vaccination against hepatitis B.

I was there in 1993. It troubled me to see that it was aimed at a whole generation (1 to 20 years), in only one province. Since when do viruses respect borders, and specially provincial ones at that?

The facts are:
o There was no epidemic, nor risk of one.
o Epidemiologists confirmed it.
o Three different vaccines were administered, each in a designated area.
o Certain nurses were selected and trained to administer a special vaccine.
o All children were entered into a computerized data bank.
The pressure to vaccinate the children was enormous:
o Schools were turned into clinics.
o Those who did not want to be vaccinated were pointed out and treated as social outcasts.
o Nurses chased down parents at home who did not want their children vaccinated.
o I had a direct account of one of these kids.
o The mother did not want her child vaccinated.
o The nurse who came to the house made her believe that it was compulsory.
o The mother gave in... the child is now handicapped: physically and mentally (paralyzed spastic).
The vaccination cost $30 million. Why was there such a murderous will?

Like Native peoples, the people of Quebec are also a "bother". They believe in their cultural identity and in sovereignty. What is more, Quebec with its Native territories, encompasses huge reservoirs of water which many a multinational have their eyes on. As an acquaintance of mine who sits on the California water management board said, "Water today is gold." Could one think of a more appropriate biological weapon to possibly remove any impediments to accessing that resource?


9. Vaccinations permit epidemiological studies of populations to collect data on the resistance of different ethnic groups to different illnesses. It permits one to study the reactions of the immune systems of large numbers of the population to an antigen (virus, microbe) injected by vaccination. Should it be within the framework of the fight against an existing illness, or one that has been provoked.

In 1987, certain American laboratories and the Department of Biotechnology of India signed an agreement authorizing the testing of genetically manufactured vaccines on the people of India. This agreement was met with fierce opposition because it gave access to epidemiological and immunity profiles of a population. This data is extremely important from a military standpoint. It is even more valuable because India has never experienced yellow fever.

And, at time of writing this book, it had known only a handful of cases of AIDS. Over and above all that, the private American laboratories proposed to test products on the Indian population for which they had no right to test in the United States! And the Indian authorities acquiesced!


10. Vaccination is a biological weapon at the service of biological warfare. It permits the targeting of people of a certain race, and leaves the others who are close by more or less untouched. It makes it possible to intervene in the hereditary lineage of anyone selected. A new specialty is born. Genetic engineering. It is flourishing, enjoys much prestige, and is receiving substantial research hinds. The challenge is staggering.

To find a vaccine which gives an illness against which we already have the vaccine! In this way, we would be able to send in troops who have already been vaccinated against the killer vaccine, which they would then spread among the enemy. It is absolutely crazy and insane! Meanwhile, industrial theft is in full swing. Captain and biologist of the US Navy at Fort Detrick, Neil Levitt, reported the disappearance of 2.35 liters of an experimental vaccine. A dose sufficient to contaminate the entire world.

Fort Detrick is a research laboratory which manufactures vaccines. It is located quite close to Washington, in Maryland, and it is attached to the National Cancer Institute at Bethesda, a suburb of the capital. It is hardly astonishing that, in every major vaccination campaign, one finds the same tangled web. Government, the military, Saint W.H.O., financiers, researchers, laboratories, universities, the CIA, and the World Bank.

Let us not lose sight of the fact that: In the name of the defense of our countries, we manufacture the most murderous of weapons. War; whether it be biological or not, is war. And weapons kill. Biological warfare is a giant business, largely financed BY OUR FUNDS, through the medium of the military, research, and our donations. It is also financed, and without our knowledge, BY OUR LIVES. Those of our children and of millions of innocents who have been sacrificed.

It is we, those who live in the Western world, who are responsible for all the illnesses and acts of genocide in the world. By our acceptance of vaccinations, both at home and abroad.

. http //www.pnc.com.au/~cafmr/online/vaccine/index.html
i. http //www.unc.edu/~aphillip/www/vaccine/informed.htm
ii. http //www.new-atlantean.com/global/vaccine.html
iii. http://www.909shot.com/
iv. http://www.gn.apc.org/inquirer/rubella2.html
v. http //www.unc.edu/~aphillip/www/vaccine/informed.htm
vi. http://www.avn.org.au/

Karin Schumacher
Vaccine Information and Awareness
12799 La Tortola
San Diego, CA 92129
619-339-5498 (voicemail)
619-484-1187 (fax)
via@access1.net (email)
http://home.san.rr.com/via/ (website)

Thursday, June 25, 2009

Masihkah Kau Mencintaiku


Terimakasih untuk televisi yang memberikan inspirasi untuk judul artikel saya.


Sahabatku. Masihkah kalian ingat janji yang terucap saat memadu kasih saat berpacaran dulu? Begitu indahnya janji yang terucap kala itu. Janji yang menjadikan kalian berdua kini bersatu dalam indahnya ikatan pernikahan. Dan masihkah sahabat ingat doa apa saja yang kalian minta kepada Alloh, Tuhan yang Satu, Tuhan yang Maha Mengabulkan Doa Baik. Masihkah kalian ingat sahabatku?


Cinta, begitu banyak analogi tentangnya. Jika saya ibaratkan ia (cinta) sebagai benih tanaman yang akan menumbuhkan buah/hasil yang manis lagi menyenangkan, maka benih itu haruslah secara teratur kita siram, kita beri ia pupuk yang terbaik, kita rawat dengan cara terbaik kita. Bahkan kesungguhan kita dibutuhkan untuk merawat dan membesarkannya agar ia tumbuh dan terus tumbuh dengan hebatnya.


Untuk sahabatku yang sedang gelisah dalam pernikahannya. Sudahkah sahabat merawat benih (cinta) itu dengan komitmen seperti waktu kalian dahulu berpacaran? Dalam janji suci yang kalian ikrarkan di hadapan banyak orang?


Kunci Kebahagiaan


Sahabat. Kebahagiaan itu lahir dari pengertian yang baik. Pengertian yang baik terhadap apapun yang dihadirkan Alloh Ar-Rohmaan kepada kita. Kebahagiaan tidak di dapatkan dengan sendirinya, namun ia diusahakan oleh pribadi yang hatinya penuh rasa syukur. Kebahagiaan itu tempatnya di hati, dan hanya pribadi-pribadi yang selalu memenangkan hatinya lah yang akan mendapatkan kebahagiaan. (kutipan: mario teguh)


Sahabat. Lihatlah wajah di cermin itu, lihatlah sosok yang penuh dengan kegelisahan di cermin itu. Diri yang sedang merasa resah, takut, dan bersalah setiap harinya.


Untuk sahabatku yang kini menjadi seorang Suami dan Ayah bagi anak-anaknya


Dulu kita berpikir, bahwa orang yang ada disamping tempat kita tertidur adalah manusia terindah yang kita pilih untuk mendampingi kita, menjaga dan mendidik anak-anak kita. Masihkah sahabat ingat janji dan sumpah yang diikrarkan bersamanya? Namun, mengapa kini rasa itu berubah atau bahkan mungkin menghilang?


Apakah kini dia tidak lagi seperti yang dulu? Apakah kini dia telah berubah? Menjadi terlalu gemuk dan tua di hadapanmu? Apakah kini dia tidak lagi secantik seperti pertama kali engkau menikahinya? Perubahan fisik apa saja yang dapat engkau lihat sebagai kekurangannya kini? Hingga hakikat janji, doa, ucap sayang dan cinta tak lagi mampu engkau ucapkan kepadanya? Katakan kepada diri yang ada di cermin itu, coba engkau katakan kepadanya!


Astaghfirulloh al ‘adhim. Astaghfirulloh al ‘adhim. Astaghfirulloh al ‘adhim.


Sahabatku. Apakah kalimat janji, cinta dan sayangmu hanya bernilai saat fisiknya terlihat indah di matamu? Apakah nilai dari cintamu kepadanya telah berubah, berkurang? Apakah dia, yang telah mengorbankan nyawanya untuk melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anakmu tak lagi bernilai di hatimu, kini? Istighfarlah sahabatku.


1, 2, 3 tahun berlalu tanpa masalah berarti. Kini, saat usia pernikahan kalian beranjak ke tahun 10 ujian itu datang. Tapi tahukah sahabat, bahwa Alloh yang Maha Agung hanya memberikan ujian kepada hamba-Nya dengan tujuan yang baik? Tidaklah Dia memberikan cobaan berupa kekurangan harta, kehilangan jiwa, dan sebagainya selain untuk memuliakan kita!


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqoroh:155)


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. al-An’aam:59)


Bila Komunikasi Visual tak Lagi Berjalan


Saya teringat waktu SMA dulu, pernah membaca buku yang memberikan alternatif komunikasi melalui surat. Pernahkah terlintas dalam pikiran kita bahwa terkadang hati yang rindu dengan rasa nyaman, tenang dan bahagia ini sangat sulit untuk disampaikan. Dan ternyata ungkapan hati bisa kita sampaikan melalui tulisan.


Mungkin masalah kita saat ini datang karena komunikasi yang tidak tersampaikan dengan bahasa pengertian yang baik. So, mengapa kita tidak mencobanya dengan bahasa komunikasi selain visual. Surat misalnya. Caranya:


1. Tulis sebanyak dan se-detail mungkin dari sikap, perilaku, ucapan yang kalian tidak sukai dari pasangan masing-masing.

2. Tulis sebanyak dan se-detail mungkin tentang harapan, keinginan, yang pernah terlintas dalam pikiran, terucap dalam doa kepada dia.


Namailah surat itu dengan nama yang unik, seperti; Suara Hati, atau Suara Hati seorang Istri/Suami, dan lain sebagainya. Selanjutnya, temuilah dia dan bicarakan tentang apa saja yang sudah kalian tulis. Ingat, disini komitmen kalian sangat diperlukan. Komitmen untuk memperbaiki komunikasi, keharmonisan rumah tangga, dan komitmen untuk kebahagiaan bersama tentunya. Dan yang paling penting bahwa apapun keputusan kita, ada kepentingan yang jauh lebih besar, keinginan yang lebih besar, yaitu anak kalian!


Kemana kan Kau Bawa Aku (anakmu) Ayah, Ibu?


Sahabat. Siapakah yang paling menderita dengan perceraian? Anak, jawabnya. Siapakah yang paling berhak untuk memilih mana yang baik bagi seorang anak selain dirinya? Kalian jawab sendiri.


Anak. Adalah anugrah yang begitu indah, yang diberikan, di amanahkan Alloh kepada kita. Dialah berkah dari Alloh yang menjadikan kita seperti sekarang. Karena Kebesaran Alloh lah, kita diberikan anak. Karena anak juga Alloh yang Maha Luas Rizkinya menitipkan semua yang kita miliki, sekarang. Lalu, masihkah kalian berdua berkata bahwa kebahagiaan kalian karena kalian aja!


Siapa yang Harus Memulai Dahulu Memperbaiki Diri?


Sahabatku. Apakah kalian berpikir bahwa dengan perceraian akan membawa kebahagiaan kepada kalian berdua? Sebagai suami, sahabat berpikir bahwa masalah yang ada saat ini adalah salah si istri. Atau mungkin sedikit salah sahabat sebagai suami. Jika memang merasa bersalah, mengapa sahabat ingin lari dari rasa bersalah itu? Betapa pengecutnya sahabat jika demikian! Coba sebutkan berapa banyak kesalahan istri? Lalu sebutkan seberapa banyak kekurangan dan ketidakmampuan shabat untuk menjadi suami yang baik? Sebagai pemimpin bagi istri, dan ayah bagi anak-anak? Sering ketidakmampuan kita sebagai pemimpin, pembimbing, teladan, bagi istri dan anak-anak kita tidak dijadikan alasan untuk MEMPERBAIKI DIRI! Tapi justru kita takut, dan marah jika dikatakan demikian! Istighfarlah sahabatku. Istighfar.


Kita lebih sering mengharapkan istri kita untuk berubah, memperbaiki diri. Namun bagaimana dengan sahabat sendiri? Ketahuilah bahwa, tidak ada satupun yang dihadirkan Alloh yang Maha Agung kepada kita yang bersifat mutlak, dan selamanya! Bahkan kesenangan dan kebahagiaan di dunia ini pun berfsifat sementara. Dan semua masalah, cobaan, ujian yang dihadirkan saat ini adalah pintu yang diberikan oleh-Nya untuk kita menuju tempat yang jauh lebih indah, lebih mulia, lebih baik! “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..” (QS. al-Insyirah: 5)


Jika ada janji baik dari Alloh yang Maha Menepati Janji. Maukah kalian bersama-sama menjalani ujian dari-Nya untuk janji baik dari-Nya itu? Harus mulai dari apa, dari mana, dari kapan? Mengapa tidak memulai memperbaiki diri dari diri kita sendiri, dari yang paling mudah, dari mulai saat ini. Karena apapun masalah, cobaan, dan ujian hanya akan dapat diselesaikan dengan mengembalikan ia (masalah itu) kepada tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Kembalikan hati ini kepada fitrahnya yang cenderung kepada Kebaikan.



Salam dan Senyum,

.:MasGagah:.

http://www.masgagah80.blogspot.com/

YM: masgagah80

Tuesday, March 31, 2009

Catatan Semangat: Menjadi Lebih Kaya, Lebih Mulia – part 2

Wirausaha. Nabiulloh Muhammad Saw. telah memberikan contoh bagaimana caranya berwirausaha yang menghasilkan kebaikan. Karena dalam pandangan Islam, ukuran sukses bukanlah dari besarnya materi, ataupun keuntungan yang didapatkan dari barang/jasa yang kita jual. Namun sukses sesungguhnya adalah menjalani setiap usaha yang dilakukan dengan berprinsip kepada:

1. Kebenaran yang datang dari, dan di perintahkan Alloh Swt.
2. Kejujuran, dan
3. Amanah

Dengan berpegang teguh kepada ke-3 hal di atas insya Alloh, usaha yang kita lakukan bukan lagi hanya berfokus kepada keuntungan/materi semata. Namun bagaima kita berperan sebagai pemimpin yang mampu memberikan sebaik-baiknya, dan sebanyak-banyaknya manfaat bagi orang lain. Kita bukan lagi hanya bekerja untuk diri sendiri namun kita diberikan kepantasan oleh Alloh yang Maha Luas Rizki-Nya untuk mendatangkan hasil baik bagi lebih banyak orang.

Mengapa Bill Gates tidak lagi berambisi untuk selalu menjadi orang terkaya di dunia jika yang dia cari di dunia ini hanyalah profit/materi semata. Apakah inti kebahagiaan manusia ada pada banyaknya uang, tingginya pangkat dan jabatan, juga ketenaran? Jika kepuasan itu ada pada terpenuhinya semua keingnan dan ego kita. Maka yang kita pertanyakan adalah dimanakah rasa bahagia itu ada? Bagaimanakah cara kita mendapatkannya? Dan 2 pertanyaan ini mungkin yang menjadi dasar banyak manusia milyuner di bumi ini bertanya-tanya. Mengapa limpahan materi dan ketenaran yang mereka dapatkan tidak secara otomatis mendatangkan kebahagiaan kepada dirinya?

Segala sesuatu diukur dengan nilai kepantasan

Keberhasilan kita dalam hal materi pasti dikarenakan usaha dan kerja keras kita dalam setiap usaha yang dilakukan. Dan setiap usaha pasti menghasilkan sesuatu. Masalah kecil, atau banyak hasil yang di dapat adalah kepantasan kita yang dinilai oleh Dia Yang Maha Luas Rizki-Nya.

Kalau begitu, mengapa kita tidak menjadi pribadi manusia yang diberikan kepercayaan oleh Alloh yang Maha Agung untuk menjadi pemimpin yang memberikan manfaat baik bagi banyak orang. Bukankah kita dilahirkan untuk menjadi pemimpin! Pemimpin yang memberikan manfaat baik bagi banyak orang. Bagaimana caranya?

What You Share Is What You Get. Apa yang kita berikan adalah apa yang kita dapatkan. Semakin banyak kita memberi, maka semakin banyak kita dapat. Apa? Kebahagiaan dan kepantasan untuk mampu memberikan lebih banyak manfaat, dan kebaikan bagi banyak orang. Itulah inti dari kebahagiaan. Semakin sering dan semakin banyak kita membahagiakan orang lain, maka semakin bahagia kita, karena melalui kitalah, Alloh yang Maha Agung memberikan Rahmat, dan Rizky-Nya kepada hambanya yang lain.

Bersambung....

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.
http://www.masgagah80.blogspot.com/
Email/YM: masgagah80

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri