Thursday, April 24, 2008

Berani Kaya, Berani Mulia

Pernahkan kita berkata seperti ini; “Aku ingin menjadi orang KAYA.” Tahukah sahabatku, sesunguhnya kita sudah menjadi KAYA sejak kita dilahirkan. Ya, karena rezeki kita sesunguhnya adalah cukup bahkan lebih dari cukup untuk kita sendiri. Lalu, mengapa kita sering mengeluh dengan kondisi kita saat ini…? Mungkin jawabnya karena sikap dan perilaku kita belum cukup untuk menjadikan diri kita KAYA seperti yang kita inginkan.

Lalu bagaimana caranya supaya kita menjadi KAYA…?

Pertama: Jangan pernah lagi mengucapkan, saya bukan orang kaya. Karena sesungguhnya Anda dan Saya sudah KAYA. Dalam arti apa…? Banyak.

Saat ini Anda dan Saya memang belum KAYA dari segi Finansial, tapi mengapa kita tidak berusaha untuk merubah sikap dan perilaku kita yang membuat kita pantas untuk menjadi KAYA secara Finansial. Andaikan KAYA itu adalah adalah hak kita maka penuilah kewajiban-kewajiban yang membuat kita pantas untuk menjadi KAYA.

Kedua : KAYA Materi dan KAYA HATI adalah kebutuhan.

Dunia ini penuh dengan hal-hal yang indah untuk dinikmati, seperti halnya sayur dan garam, segelas teh dan gula, malam dan siang, bahkan Anda dan pasangan Anda. Seperti hal” diatas, KAYA Materi dan KAYA HATI adalah bagian yang tidak boleh dipisahkan. Manusia normal mana di dunia ini yang tidak ingin menjadi KAYA Materi? Dan apakah hubungannya menjadi KAYA dengan HATI?

Artikel berikut mungkin bisa memberikan inspirasi kepada kita semua…;)

BERANI KAYA, BERANI MULIA

Oleh: Eko Jalu Santoso, www.ekojalusantoso.com

Sahabat, ada sebuah kisah menarik tentang seseorang yang bermimpi melihat Malik bin Dinar sedang berlomba-lomba dengan Muhammad bin Wasi' menuju surga. Ia menyaksikan bahwa Muhammad bin Wasi` akhirnya dapat mendahului Malik bin Dinar untuk sampai di surga. Orang itu kemudian bertanya mengapa demikian kejadiannya, karena menurut perkiraannya Malik bin Dinar bakal menang, karena ia dikenal sebagai seorang yang arif. Kaum salihin menjawab bahwa ketika meninggal dunia Muhammad bin Wasi' hanya meninggalkan sepotong pakaian, sedangkan Malik meninggalkan dua potong pakaian.

Kisah diatas adalah ilustrasi yang penuh Hikmah mendalam. Apalagi kalau dihubungkan dengan kehidupan modern dewasa ini yang cenderung mengedepankan nilai-nilai materialisme. Banyak orang berlomba-lomba mengejar kehidupan dunia, menumpuk harta kekayaan dan melalikan kepentiongan-kepentingan kehidupan yang panjang selanjutnya. Pakain dalam kisah diatas tentunya hanyalah ilustrasi tentang asesories kehidupan dunia, kekayaan, kemewahan dan materiaslisme. Maknanya kita perlu memahami dengan benar tentang hakekat kekayaan dan tujuan tertinggi kehidupan sehingga apa yang kita perjuangkan dalam meraih kesuksesan dan kekayaan dapat meninggikan kemulian hidup kita. Apa yang kita perjuangkan dalam kehidupan dapat menjadi sarana bagi bekal utama kita masuk surga, bukannya malah menjadi penghambat masuk surga.

Apa yang dapat kita renungkan dari kisah tersebut diatas ?

1. Jangan Menjadikan Kekayaan Sebagai Tujuan Akhir.

Kesuksesan dan kekayaan pantas untuk kita perjuangakan dalam kehidupan ini. Karena sesunguhnya dengan kekayaan harta dapat emnjadikan seseorang meraih lebih banyak kebaikan bagi bekal kehidupan selanjutnya. Dengan demikian bekerja keras untuk mencari kesejahteraan kehidupan dunia adalah hal yang mulia. Menjalankan Bisnis atau berdagang untuk meraih kekayaan dan kesejahteraan hidup di dunia adalah hal yang baik. Tetapi perlu dipahami bahwa kekayaan bukanlah tujuan akhir. Jangan menjadikan kekayaan harta sebagai tujuan akhir yang ingin kita raih. Karena sebaik-baik urusan dunia adalah yang dapat menjadi sarana menuju kebaikan akhirat. Artinya kekayaan yang yang kita perjuangkan dalam kehidupan hanyalah sarana untuk meraih banyak kebaikan. Sebagai sarana untuk memperbanyak amal kebaikan dan menolong sesama kehidupan.

Kalau seorang yang dikenal arif bijaksana seperti Malik bin Dinar saja dapat tertinggal hanya karena pakaian, lalu bagaimana dengan kita semua yang hidup di era konsumtif dan senang menumpuk harta kekayaan ini ?. Ingatlah tidak pernah merasa cukup orang yang hidupnya hanya mengejar dunia. Harta kekayaan yang bermanfaat sesungguhnya bukan seberapa yang kita miliki, melainkan seberapa banyak harta yang kita gunakan untuk kebaikan di jalan Allah swt.

2. Kesederhanaan Adalah Kemuliaan.

Konosuke Matsuhita adalah seorang pendiri group Bisnis raksasa Matsushita. Meskipun sudah meriah sukses luar biasa dan berkelimpahan harta, namun ia tetap hidup sederhana, senang mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan, menulis puluhan buku dan menyumbangkan ratusan juta dollar harta kekayaannya untuk kegiatan kemanusiaan. Warren Buffet adalah mahaguru di dunia saham. Meskipun tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia, ia tetap hidup sederhana dan bahkan menyumbangkan hamper 80 persen harta kekayaannya untuk kegiatan kemanusiaan. Apa sesungguhnya yang menjadi motif Bisnis mereka ? Apakah ingin mencari kekayaan dan hidup berkemewahan ? Kalau mempelajari dari kisah hidup mereka, sesungguhnya bukanlah kekayaan dan kemewahan yang menjadi otivasi hidupnya, melainkan kesederhanaan, mereka hanyalah ingin berkarya dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi banyak orang.

Meskipun berhasil meraih kesuksesan dan kekayaan, namun kalau hal itu menjadikan kita selalu tenggelam dalam urusan keduniaan, hati kita selalu terikat pada dunia sehingga kita melalaikan hak-hak dan perintah-perintah Allah, itu adalah hidup yang tidak mulia. Yang terpuji adalah hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan dan banyak memberikan manfaat bagi kehidupan. Hidup berlebih-lebihan, hidup bermewah-mewahan membuat seseorang terlambat masuk surga.

3. Kekayaan Yang Utama Adalah Kekayaan Hati.

Untuk hidup berkelimpahan tidak harus kaya harta tetapi perlu kaya hati. Dengan demikian untuk mencapai hidup keberlimpahan tidak harus menungu kaya raya dulu. Banyak orang mengatakan bahwa saya harus kaya raya agar dapat banyak membantu orang lain. Mengapa membantu orang lain harus menunggu kaya dulu ? Toh banyak cara untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain. Kalau menunggu kaya raya dulu, kalau sudah kaya malahan lupa membantu orang lain. Bukankah banyak contoh yang demikian ini ?

Dengan kekayaan hati, kita dapat merasakan hidup berkelimpahan. Membantu orang lain tidak kawatir akan kekurangan karena dilakukan dengan ikhlas. Meskipun rejeki tidak banyak, karena diperoleh dengan kejujuran maka menjadi berkah dan serba kecukupan. Orang yang kaya hati akan mudah peduli dengan sesame, senang membantu orang lain, hidup tenang dan merasakan kebahagiaan. SEMOGA BERMANFAAT.

No comments:

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri