Tuesday, March 3, 2009

Catatan Semangat: Don't Think, Just Do It – part 3



Mulai besok Anda saya PECAT! Mmm..., ada yang familiar dengan kalimat ini? Atau kalimat lain yang lebih halus? Apa yang Sahabat akan kita lakukan jika besok adalah hari terakhir kita bekerja di Perusahaan ini?

Sahabatku. Putusnya status kepegawaian adalah salah satu hal yang hampir pasti terjadi. Mengapa demikian? Coba sebutkan berapa banyak karyawan yang kita tahu yang bekerja seumur hidupnya di tempat ia bekerja, sekarang? Bahkan yang punya perusahaan pun satu waktu dia bisa saja berhenti menjadi owner perusahaan miliknya. Dijual mungkin, atau hal lainnya.

So, ternyata jelas sudah bahwa hampir semua dari kita sekarang sedang menanti moment pemecatan atau pengunduran diri. Besok, lusa, minggu depan, atau suatu saat kita pasti berhenti dari pekerjaan kita, sekarang. Jika demikian, apa yang jadi kekhawatiran kita sebenarnya?

Rizki kita adalah sama

Seberapa besarkah rizki yang diberikan Alloh kepada hamba-hambanya? Apakah satu dengan yang lain beda, ataukah sama? Sahabat, yakinlah bahwa Alloh yang Maha Adil memberikan setiap hamba-Nya rizki yang sama melimpah dan sama banyaknya. Tinggal bagaimana kita, seberapa banyak, dan kapan kita mau menjemput rizki-Nya itu.

Sahabat. Rasa takut kehilangan pekerjaan lebih mendominasi pikiran kita daripada rasa takut kita untuk melakukan yang lebih baik yang memungkinkan menghasilkan LEBIH dari sekarang. Kita takut apabila kita keluar dari pekerjaan kita sekarang, maka penghasilan dan rizki yang kita dapatkan tidak akan sebesar sekarang? Padahal Alloh yang Maha Luas Rizkinya memberikan kita kesempatan yang sama untuk bisa menghasilkan LEBIH! Lalu mengapa kita takut untuk menjemput rizki-Nya di tempat lain yang lebih BESAR?

Salah siapa?

Mungkin pendidikan yang kita dapat dari orangtua, dan lingkungan yang kurang mendorong kita untuk menjadi pribadi wirausahawan. Pengalaman dan hasil didik lingkungan kita lebih mendorong kita untuk menjadi pribadi manusia gajian yang merasa nyaman jika ada nilai tetap yang didapatkan setiap bulannya. Padahal kebutuhan kita semakin meningkat, sementara nilai tetap (gaji) yang kita terima tiap bulannya segitu-gitu saja. Bahkan kita sering memaksakan diri untuk bersabar terhadap keinginan-keinginan BESAR kita karena minimnya penghasilan.

Sahabat. Mimpi adalah modal kita untuk berubah. Namun mimpi itu akan tetap menjadi mimpi yang indah jika kita tidak berusaha untuk meraih mimpi itu dengan usaha dan sikap yang lebih besar. Bagaimana mungkin kita bisa mempunyai rumah seharga 1 milyar, dan mobil seharga 500jt jika kita merasa nyaman dengan gaji yang hanya 2-3 juta per bulan? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai sekolah 1000 anak-anak yatim jika untuk menabung saja sulit karena kebutuhan yang semakin meningkat!

Apakah kita harus mengecilkan mimpi itu kita karena keadaan?

Sahabat. Dalam setiap keinginan selalu ada harga untuk kepantasannya. Jika kita menginginkan yang BESAR, maka jadilah pribadi yang pantas untuk sesuatu yang BESAR itu. Tetapkan mimpi itu, lalu raihlah dengan usaha terbaik kita. Jangan kecilkan mimpi kita yang BESAR karena keadaan kita yang sekarang. Karena mimpi kita adalah satu bukti dari kebesaran Alloh yang Maha Agung untuk memberitahu kita bahwa apapun yang menjadi impian kita PASTI bisa diraih dengan usaha maksimal dan atas izin-Nya.

So, maksimalkan setiap usaha kita untuk meraih mimpi itu, lalu serahkan setiap jerih payah usaha kita kepada Dia yang Maha Berhak untuk Menentukan, apakah mimpi itu baik untuk kita atau ada hasil yang lebih baik bagi kita.

Sahabat. Tugas kita hanyalah mengupayakan setiap keinginan yang ada dalam pikiran dan hati yang baik. Apapun hasil dari setiap usaha kita, yakinlah bahwa hasil itu adalah yang terbaik untuk kita saat ini. Jika mimpi itu ada di depan kita sejauh seribu usaha, janganlah sahabat berhenti di usaha yang ke 999. Ingatlah selalu bahwa pertolongan Alloh itu sangat dekat. Don't Think, and Just do It.

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.
http://www.masgagah80.blogspot.com/
YM: masgagah80

No comments:

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri