Monday, December 14, 2009

Catatan MasGagah: Nikah Yuuuk...! -bagian 2-

Bismillahirrohmaanirrohiim,
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته‏

Puja dan puji syukur kepada Alloh ar-Rohmaan, ar-Rohiim atas semua kemudahan dan nikmat yang senantiasa diberikan kepada diri yang lemah dan bodoh ini. Semoga Alloh سبحانه وتعلى senantiasa menjaga diri ini dari segala kebodohan dan kelemahan dalam setiap gerak dan langkahnya. Sholawat serta sallam semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah ummah, Nabiulloh Muhammad صلىالله عليه وسلّم, beserta keluarga beliau, para shohabat dan ummatnya yang istiqomah menjalankan sunnahnya hingga akhirrul zaman. Amin yaa Allohumma amin.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (رواه البحارى)
...”Wahai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu yang telah mempunyai keupayaan atau lahir dan batin untuk berkawin maka hendaklah dia berkawin. Sesungguhnya perkawinan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barangsiapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengawal atau benteng nafsu. (HR. Bukhari)

MENIKAH. Adalah satu dari sedikit solusi terbaik dalam Islam untuk menghidarkan kita dari zina. Karena ada begiituuu…, banyak berkah yang kita akan dapatkan saat menikah. Bahkan untuk mereka yang bukan Muslim sekalipun! Karena melalui pernikahanlah, limpahan rezeki dan Rahmat dari Alloh سبحانه وتعلى akan kita dapatkan berlipat-lipat. Dan hanya dengan menikahlah kita baru bisa melaksanakan separuh dari kewajiban Agama kita.

Kasus 1 vs Kasus 2
KASUS 1. Saya memiliki seorang teman yang sudah menikah sejak ia lulus SMA dulu. Ketika ditanya apa alasan yang mendorong dia untuk menyegerakan menikah muda adalah karena beratnya cobaan dalam lingkungan seperti sekarang. Khususnya cobaan mengenai nafsu syahwat. Memang menurut dia menikah bukanlah satu-satunya jalan untuk menghindarkan dirinya dari berbuat zina. Tapi dia merasa ada dorongan yang kuat yang meyakinkan dirinya bahwa menikah adalah pilihan terbaik bagi diri dan kesucian agamanya dari segala dosa zina.

Dari contoh teman saya di atas, mungkin terlalu berlebihan jika kita semua mengharuskan untuk menikah setelah lulus SMA! Waaah…, seru juga mungkin kalau anak-anak SMA dah pada nikah semuanya… Walaupun terdengar aneh saat membayangkannya namun teman saya adalah satu dari contoh kehidupan yang bisa kita ambil pelajaran darinya.

KASUS 2. Pernah dengar ada remaja SMA bahkan SMP yang MBA/KKK (Kawin Karena Kecelakaan) hingga mendapat tekanan dari keluarga dan lingkungannya untuk mempertanggungjawabkan hasil perbuatan mereka? Apa yang terjadi dengan mayoritas Kasus 2 seperti di atas? Bagaimana perjalan pernikahan mereka yang didasarkan bukan pada keimanan kepada Alloh dan Rosul, tetapi melainkan karena nafsu, gaya hidup, dan paham hedonisme (bebas)nya? Anda pasti tahu jawabannya.

Syarat Menikah
Menikah memang bukan perihal yang mudah, ia butuh perhitungan yang cukup dan baik. Namun menikah bukan pula sesuatu yang menyeramkan. Hanya karena pengalaman teman, tetangga, artis, atau bahkan cerita dari orang lain yang mengatakan bahwa; ‘menikah itu butuh materi yang tidak sedikit, kesiapan mental juga fisik, pertimbangan ini dan itu’, hingga menjadikan kita sangat khawatir bahkan takut menyegerakan diri untuk menikah.

Kita lebih sering mendapatkan contoh kurang baik dan anehnya sering juga meng-amini tentang mitos-mitos dalam pernikahan. Seperti mitos yang mengatakan bahwa kalau Shio ini cocoknya hanya dengan Shio ini, dan ini. Bintang ini cocoknya dengan yang ber-Bintang ini dan ini. Selain itu ga bakal cocok atau langgeng kalau dipaksakan. Atau ada lagi yang mengatakan jangan menikah dengan orang Minang, atau Medan, atau suku-suku yang lainnya karena mitos bla..bla..bla…!

Waduuuh…, bahaya nih kalau fikroh (pikiran) kita lebih banyak meyakini suatu kebenaran dari hal-hal yang menyesatkan seperti ini. Masa standar seseorang dalam memilih calon untuk dinikahi berdasarkan hal-hal yang berbau syirik (shio, bintang), dan kesukuan!

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)

Sahabatku. Coba kita lihat para artis yang begitu cukup dalam hal materi, begitu cantik dan ganteng secara fisik, dewasa, cukup umur, dan sebagainya, namun saat mereka memasuki jenjang bernama Pernikahan semua yang mereka miliki (materi, fisik, gelar, ketenaran, dll) seperti tidak bisa menjadi JAMINAN baginya untuk merasakan keBAHAGIAan dalam hidup. Bagaimana? Apakah kita juga mensyaratkan diri untuk menikah menikah seperti semua hal di atas?

Mayoritas kita mungkin telah dikuasai oleh cara pandang hidup yang dibentuk oleh lagu-lagu sendu, acara tv yang bertemakan cinta, dan contoh kurang baik lainnya. Hingga secara sadar kita telah mensyaratkan bahwa kebahagiaan adalah semua hal yang bisa diukur dengan hal-hal yang bersifat fisik (materi). Semua yang terlihat oleh kedua mata adalah syarat mutlak yang harus diutamakan dalam menilai, dan memilih sesuatu. Terlebih terhadap menilai, dan meilih calon pasangan hidup.

"Semakin banyak Anda menuntut (mensyaratkan) sesuatu terhadap calon maupun pasangan Anda, maka akan semakin sulit Anda mendapatkan apa yang Anda HARAPKAN!”

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi صلىالله عليه وسلّم pernah bersabda:
إِنَّ مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيْرُ خِطْبَتِهَا وَتَيْسِيْرُ صَدَاقِهَا وَتَيْسِيْرُ رَحِمِهَا
Di antara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.”
خَيْرُ النِّكَاحِ أَيْسَرُهُ
Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud)

Mungkinkah hadits ini bisa mengubah cara pandang sahabat tentang syarat terbaik dalam memilih calon untuk dinikahi? Mungkinkah sahabat masih seperti saya dulu yang secara sadar hanya mengambil dan meyakini hadits-hadits atau bahkan ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan kondisi diri. Bahkan sering menilai satu perintah yang jelas dari Alloh سبحانه وتعلى dan Rosululloh صلىالله عليه وسلّم berdasarkan dari siapa yang menyampaikan! Astaghfirulloh al ‘adhim.

Alasan Berpacaran
Apakah yang jadi alasan utama orang berpacaran? Jawab mayoritas kita adalah ‘sebagai saran mengenal pribadi dan diri sang pacar.’ Apakah dengan berpacaran kita bisa menjadi yakin pacar kita menjadi pasangan hidup kita kelak? Wah, untuk pertanyaan ini mungkin jawabnya adalah bisa ya, bisa tidak.

Ada yang sudah berpacaran 1 tahun? 2 tahun? 3 tahun? Atau bahkan lebih? Ooo..., ada toh. Untuk Anda yang sudah pernah atau masih menjalani masa pacaran lebih dari 1 tahun coba jawab pertanyaan sederhana saya. “Apakah Anda sudah mengenal dengan baik pribadi dan karakter pacar Anda?”

Sudah! Anda yakin?

Kalau begitu saya tanya lagi, “apakah Anda yakin bahwa dia adalah orang terbaik untuk Anda nikahi kelak?” Atauuu..., jangan-jangan saat ini Anda memiliki pacar (calon) selain dia? Hmmm..., tenang-tenang rahasia Anda aman sama saya...:)

Coba Anda rasakan apa yang dikatakan hati Anda sekarang. “Apakah dengan seringnya pertemuan, seringnya pegang tangan, seringnya peluk dan cium mesra meyakinkan Anda bahwa dia adalah orang terbaik untuk Anda nikahi?” Jika jawabannya Ya. “Mengapa Anda masih mencari pacar yang lain!” Jika Tidak. “Apa fungsi dan tujuan Anda berpacaran dengannya?” Sebagai sarana memuaskan hawa nafsu? Atau sebagai pembuktian diri bahwa Anda punya pacar? Atau ada alasan omong-kosong lainnya! Astaghfirulloh al ‘adhim.

Wuiiih..., ko jadi nafsu ya saya ngomongnya...:)
Pis..pis...pis... Lanjut yuk.

Kapan Nikahnya?
Pertanyaan ini seringkali tumbuh bila kita terlalu lama, dan terlalu asyik berpacaran. Kadang semakin lama kita berpacaran, justru timbul rasa jenuh, bosan, dengannya. Hingga suatu hari, di suatu tempat kita bertemu dengan orang lain yang dengannya kita merasa lebih nyaman. Terus..., ya akhirnya kita mulai berpikir macam-macam mengenai pacar kita itu. Hingga akhirnya mungkin hubungan dengan si pacar terdahulu kita putuskan. Bagaimana, Andakah salah satu orang yang mengalaminya?

Sahabatku yang kurindukan untuk berjumpa. Selalu ada alasan bagi siapapun untuk menunda-nunda kita untuk menyegerakan menikah. Kita kadang merasa takut jika terlalu cepat menikah maka semua kesenangan, semua hobi dan kebebasan yang selama ini kita rasakan akan hilang. Padahal yang terjadi adalah, semakin lama kita berada dalam dunia itu semakin jauh kita dari keinginan dan kemampuan mempersiapkan diri untuk menikah. Sadar atau tidak bahwa saat ini dunia yang sedang kita jalanin hanya melenakan diri dan mungkin bisa berakibat pada kesengsaraan.

Coba lihat betapa banyak sahabat kita yang bekerja mencari uang hanya untuk diri dan kesenangannya. Ia habiskan waktunya untuk pergi ke cafe, clubbing, dan sebagainya. Sebuah pemandangan realita yang memilukan untuk para orangtua yang berpikir. Apa yang akan terjadi dengan masa depan anakku kelak jika mereka terus terbawa arus? Dan mungkin itu yang akan kita rasakan kelak, saat kita termenung di satu malam terbesit dalam hati, mengapa masa mudaku dulu ku sia-siakan? Lalu kita berharap dalam doa, ‘semoga anak-anakku tidak terbawa arus dunia yang melenakan seperti aku dulu!’ Sedihnya kita bila itu yang terjadi.

Sahabatku yang baik. “Tidak ada jaminan bahwa orang yang kita pilih untuk dinikahi adalah yang terbaik!” Begitu pun dengan kapan kita menentukan waktu untuk menikah. Karena bukanlah siapa orang yang kita pilih, tapi apa yang bisa kita berikan untuk yang sudah kita yakini! Setiap diri adalah sama dihadapan Alloh ‘azza wa Jalla. Karena sungguh bukan orang yang kaya materi, bukan pula yang cantik/ganteng yang dapat membahagiakan kita, melainkan dia yang tulus hatinya, dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.

Menikah bukanlah mengenai siapa tapi rasa. Semua yang terlihat indah saat-saat berpacaran tidak akan lagi bernilai jika rasa itu hilang. Materi, fisik, dan semua kemewahan yang terlihat oleh mata bukanlah yang kita cari dalam hidup. Melainkan keberkahan dalam rasa syukur kita, dalam ketaatan kita beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Alloh ‘azza wa Jalla. Keberanian dan ketegasan kita mempersiapkan diri untuk menyegerakan menikah adalah hal yang sangat penting saat ini. Karena semakin lama kita menunda, semakin banyak dosa yang kita pupuk. So, segerelah menikah Sahabatku! Dan RASAKAN BEDANYA...:)

Bekasi, 6 Desember 2009

Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.

1 comment:

Anonymous said...

wah gw stuju bgt tuh,,,
klo klamaan pcaran mlah bnyak2in dosa,,,
pdahal lebih indah pacaraan sbelum mnikah,,
jdi g ada k'ragu2an dlm mengapresiasikan cinta kita sma psangan kita,,
juga g ad k'curigaan dri org lain apabila kita lgi br2'n,,

Aliyah Zaharani Putri

Aliyah Zaharani Putri